Thursday, February 27, 2014

Studi Kasus: Gross Profit Margin dan Hidden Value dari Gudang Garam

Pada bagian studi kasus ini, saya akan menggunakan Gudang Garam sebagai sampel perusahaan untuk menerapkan perhitungan Gross Profit Margin dan Hidden Value. Perhitungan Gross Profit Margin dan Hidden Value akan menggunakan data yang mengacu pada laporan tahunan yang diterbitkan PT. Gudang Garam. Saya juga akan melengkapi beberapa data dari internet, dan asumsi yang hanya berlaku untuk contoh ini (dan kasus tidak terdapat data yang mendukung terhadap variabel yang saya butuhkan).


Gross Profit Margin

Gross Profit Margin merupakan persentase keuntungan dari harga barang dikurangi biaya pembuatan atau pembelian barang. Perhitungan gross profit margin dilakukan untuk mengetahui tingkat keuntungan dari proses bisnis yang terjadi pada perusahaan. Pengurangan gross profit margin dengan biaya operasional beserta pajak, depresiasi, amortisasi, dan bunga pinjaman akan menghasilkan laba bersih.

Untuk menghitung gross profit margin, kita membutuhkan angka pendapatan dan harga pokok penjualan. Perhitungan dilakukan sebagaimana rumus berikut.
Dengan menggunakan rumus ini, mari kita menghitung gross profit dari Gudang Garam.

Tahun 2012
Gross Profit = Revenue - COGS = Rp.9,18 trilyun
Revenue = Rp. 49 trilyun
Gross Profit Margin = 18,73%

Tahun 2011
Gross Profit = Revenue - COGS = Rp.10,13 trilyun
Revenue = Rp. 41,9 trilyun
Gross Profit Margin = 24,18%

Tahun 2010
Gross Profit = Revenue - COGS = Rp.8,87 trilyun
Revenue = Rp. 35,78 trilyun
Gross Profit Margin = 24,79%

Penjelasan
Secara umum, rata-rata gross profit margin dari Gudang Garam selama 3 tahun adalah 22,57%. Jika melihat tren selama tiga tahun ini, gross profit margin dari Gudang Garam terus mengalami penurunan. Padahal perusahaan ini terus mengalami tren peningkatan revenue, ini berarti terus terjadi peningkatan harga pokok penjualan yang kemungkinan berasal dari bahan baku, packaging, distribusi, atau pemasaran.

Hidden Value

Hidden value merupakan nilai yang sebenarnya terdapat pada aset perusahaan yang tidak terlihat di neraca keuangan. Di artikel sebelumnya, saya telah menjelaskan metode perhitungan hidden value beserta langkah dan contoh penerapannya. Menggunakan metode tersebut, saya akan menganalisis hidden value yang mungkin terdapat pada Gudang Garam.

Untuk menghitung hidden value, data yang dibutuhkan adalah:
  • Durasi laporan keuangan: saya menggunakan 3 tahun.
  • Laba sebelum pajak
  • Aktiva berwujud
  • Rata-rata ROA industri rokok
  • Premium rate: untuk memudahkan, saya menggunakan asumsi tingkat suku bunga BI Rate

Metode perhitungan hidden value terdiri dari 7 langkah.

Langkah I
Hitung rata-rata 3 tahun untuk laba sebelum pajak (pretax earning).
Kasus Gudang Garam:
Tahun 2010: Rp.4,2 trilyun ; Tahun 2011: Rp.4,96 trilyun ; Tahun 2012: Rp. 4,07 trilyun
Rata-rata pretax earning: Rp. 4,41 trilyun

Langkah II
Cek laporan neraca (balance sheet) keuangan dan hitung rata-rata 3 tahun dari tangible assets atau aktiva berwujud.
Kasus Gudang Garam:
Tahun 2010: Rp.30,74 trilyun ; Tahun 2011: Rp.39,09 trilyun ; Tahun 2012: Rp. 41,5 trilyun
Rata-rata tangible assets: Rp. 37,11 trilyun

Langkah III
Hitung rata-rata return on assets (ROA) 3 tahun yang sedikit dimodifikasi, dengan membagi langkah I dengan langkah II.
Kasus Gudang Garam:
Tahun 2010: 13,71% ; Tahun 2011: 12,68% ; Tahun 2012: 9,8%
Rata-rata ROA selama 3 tahun: 12,06%

Langkah IV
Untuk jangka 3 tahun, hitung ROA seperti langkah III menurut rata-rata industri.
Kasus Gudang Garam:
Dari penelusuran yang saya dapat, rata-rata ROA industri rokok berada di angka 12,1%

Langkah V
Hitung kelebihan ROA dengan mengurangi angka di langkah I dengan hasil kali antara angka di langkah IV dan angka di langkah II.
Kasus Gudang Garam:
Rp.4,41 trilyun - (12,1% (langkah IV) x Rp.37,11 trilyun (langkah II))= Rp. -80 miliar.

Langkah VI
Hitung rata-rata pajak pendapatan 3 tahun dan kalikan dengan hasil di langkah V
Kasus Gudang Garam:
Anggap asumsi pajak rata-rata 25%, maka: Rp. -80 miliar - (30% x - Rp.80 miliar) = -Rp.56 miliar.

Langkah VII
Hitung NPV (net present value) menggunakan tingkat suku bunga Indonesia. Caranya adalah dengan membagi angka di langkah VI dengan tingkat suku bunga.
Kasus Gudang Garam:
Asumsi premium rate yang saya gunakan adalah rate suku bunga Indonesia yaitu 7,25%
Rp. -56 miliar / 7,25% = -Rp.772 miliar.

Dari hasil perhitungan ini, ternyata Gudang Garam justru menjadi contoh perusahaan yang memiliki nilai hidden value negatif. Hasil ini disebabkan tiga kemungkinan yaitu:
  1. Gudang Garam belum mampu mengoptimalkan aset untuk meraih laba.
  2. Terdapat aset-aset yang sudah tidak kompetitif dalam proses operasional perusahaan.
  3. Terjadi pemborosan aset di Gudang Garam.
Meskipun begitu, angka hidden value ini berada di kisaran 1,5% - 2,5% dari angka aktiva total Gudang Garam. Angka yang masih dapat ditoleransi, meskipun menjadi sinyal bagi investor yang mencari value perusahaan agar berhati-hati jika berinvestasi di Gudang Garam.

Hidden Values, Nilai Tersembunyi Yang Terdapat Pada Bisnis

Hidden values seringkali ditemukan pada bisnis berbasis intelektual dan investasi. Hal ini terjadi karena nilai pada suatu bisnis sering dinilai berdasarkan aset yang cenderung tangible seperti rumah, tanah, dan peralatan kerja. Metode akuntansi konservatif umumnya melakukan valuasi aset berdasarkan nilai yang berbasis depresiasi, atau harga pasar. Metode konservatif tentu berpotensi menghasilkan penilaian pada aset seperti paten, hak cipta, merek dagang, teknologi, atau real estate yang sedang jatuh tidak bernilai sebagaimana mestinya. Investor yang berorientasi pada value sangat memperhatikan hidden value dalam memutuskan investasi.

Mengapa Hidden Values Menjadi Penting?

Ilmu bisnis yang kini diajarkan lebih banyak berfokus pada nilai perusahaan yang bersifat tangible dibandingkan intangible. Padahal, seringkali aset yang tidak terlihat ini merupakan pendorong pertumbuhan perusahaan. Sayangnya aset ini cenderung sulit di-valuasi. Investor seringkali mengandalkan intuisi mereka untuk memprediksi nilai perusahaan secara akurat.

Banyak perusahaan yang kini lebih bertumpu pada aset intelektual, misalnya pada sektor teknologi informasi atau farmasi. Perusahaan farmasi tentu mendorong R&D untuk menciptakan obat baru yang lulus uji kesehatan, dapat diproduksi massal, dan mengatasi isu kesehatan tertentu di masyarakat. Tentu butuh waktu beberapa tahun hingga melihat investasi di bidang R&D ini menghasilkan keuntungan.

Kondisi ini membuat sistem akuntansi yang ada saat ini seringkali berbeda dengan apa yang ada di pasar modal. Nilai yang terdapat pada akuntansi umumnya berdasar pada biaya historis dari peralatan dan inventory. Bagaimana dengan teknologi informasi yang saat ini nyaris tidak memiliki inventory? Apalagi pasar kini menilai harga saham dari masa depan arus kas perusahaan, yang sebagian besar terlihat sebagai hidden value.

Bagaimana Cara Menghitung Hidden Values?

Meski para investor biasanya lebih mengandalkan insting atau intuisi untuk melihat seberapa besar hidden value dari perusahaan, terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk melihat hidden value dari perspektif akuntansi. Ada beberapa cara untuk menghitung hidden value, kali ini saya akan menampilkan salah satu cara. Berikut cara menghitung hidden value versi Investopedia yang saya modifikasi.

Langkah I
Hitung rata-rata 3 tahun untuk laba sebelum pajak (pretax earning).
Contoh:
Perusahaan televisi BCD menghasilkan pretax earning Rp. 30 miliar, Rp. 36 miliar, dan Rp. 42 miliar. Berarti rata-rata laba sebelum pajak BCD adalah Rp. 36 miliar.

Langkah II
Cek laporan neraca (balance sheet) keuangan dan hitung rata-rata 3 tahun dari tangible assets atau aktiva berwujud.
Contoh:
Asumsi untuk BCD adalah Rp.150 miliar.

Langkah III
Hitung rata-rata return on assets (ROA) 3 tahun yang sedikit dimodifikasi, dengan membagi langkah I dengan langkah II.
Contoh:
Dalam kasus BCD, maka ROA yang diperoleh adalah 24%.

Langkah IV
Untuk jangka 3 tahun, hitung ROA seperti langkah III menurut rata-rata industri.
Contoh:
Anggap saja ROA ini adalah 15%.

Langkah V
Hitung kelebihan ROA dengan mengurangi angka di langkah I dengan hasil kali antara angka di langkah IV dan angka di langkah II.
Contoh:
Rp.36 miliar - (15% (langkah IV) x Rp.150 miliar (langkah II))= Rp. 13,5 miliar.

Langkah VI
Hitung rata-rata pajak pendapatan 3 tahun dan kalikan dengan hasil di langkah V
Contoh:
Anggap asumsi pajak rata-rata 30%, maka: Rp. 13,5 miliar - (30% x Rp. 13,5 miliar) = Rp. 9,45 miliar.

Langkah VII
Hitung NPV (net present value) menggunakan tingkat suku bunga Indonesia. Caranya adalah dengan membagi angka di langkah VI dengan tingkat suku bunga.
Contoh:
Anggap tingkat suku bunga adalah 8%. Berarti NPV dari BCD berarti adalah:
Rp. 1,4 miliar / 8% = Rp.118,125 miliar.

Dari langkah ini, berarti perusahaan BCD memiliki hidden value sebesar Rp.118,125 miliar. Jika melihat nilai tangible asset dari BCD, angka ini mampu memberi kontribusi penambahan aset sebesar 78,75% dari aktiva berwujud. Tentu angka yang cukup besar ya.

Wednesday, February 26, 2014

Gross Profit Margin, Cerminan Seberapa Menguntungkan Suatu Produk

Sebelum berdagang, kita biasanya menghitung terlebih dahulu berapa persen keuntungan yang akan diperoleh dari barang yang dijual. Persentase keuntungan yang didapat dari harga barang dikurangi biaya pembuatan atau pembelian barang disebut juga dengan Margin Keuntungan Kotor atau Gross Profit Margin. Margin ini penting untuk mengetahui seberapa menguntungkan barang dagangan yang dijual. Setiap jenis industri memiliki gross profit margin yang berbeda-beda. Di sektor ritel, seperti kios atau toko, biasanya gross profit margin per produk berada di kisaran 15 - 25 persen. Nilai ini jauh berbeda dengan sektor barang mewah atau jasa yang memiliki kisaran gross profit margin di kisaran 70 - 80 persen, bahkan lebih.

Gross Profit Margin sering tertukar dengan Net Profit Margin. Jika gross profit margin dilihat dari harga jual dikurangi harga produksi, net profit margin dilihat dari pendapatan dikurangi seluruh seluruh pengeluaran. Penjelasan di bagian ini saya ringkas agar memberi gambaran tentang gross profit margin. Perhitungan dan contoh penggunaan gross profit margin dapat dilihat pada bagian berikutnya.

Perhitungan Gross Profit Margin

Gross Profit Margin dihitung sesuai rumus berikut.


Revenue (pendapatan) dikurangi COGS (harga pokok penjualan). Hasil pengurangan kemudian dibagi dengan pendapatan. COGS merupakan biaya yang dibutuhkan untuk membuat atau membeli barang yang dijual. Jika gross profit margin anda 0 atau negatif, berarti bisnis anda mengalami masalah (entah tidak disengaja atau disengaja).

Meski saya sebelumnya menjelaskan gross profit margin untuk dihitung per barang, indikator ini mestinya tidak digunakan untuk hal itu. Gross profit margin merupakan indikator untuk melihat kesehatan finansial suatu bisnis. Bisnis yang relevan, tentunya memiliki gross profit margin yang berada di kisaran rata-rata dari gross profit margin relatif industrinya. Jika industri ritel memiliki kisaran gross profit margin 15 - 25 persen, idealnya suatu bisnis ritel yang baik juga berada di kisaran tersebut. Jika tidak, maka harus ada alasan yang logis dan rasional mengapa bisnis tersebut menetapkan tingkat gross profit margin yang berbeda.

Contoh Gross Profit Margin

Misalnya anda memiliki menjual minuman ringan dengan pendapatan Rp.200 juta per tahun. Anda menghabiskan Rp.50 juta untuk melakukan produksi, Rp. 40 juta untuk packaging, dan Rp. 20 juta untuk menangani distribusi minuman ringan. Berarti, anda mengeluarkan Rp. 110 juta sebagai harga pokok penjualan.

Maka, gross profit margin bisnis minuman ringan ini adalah:
(Rp.200 juta - Rp.110 juta) / Rp.200 juta = 45%

Ini artinya, di setiap minuman ringan yang anda jual terdapat 45% laba yang dapat dimanfaatkan untuk pembiayaan operasional, membayar pajak, pengembangan bisnis, atau dinikmati sebagai keuntungan pribadi.

Tanpa gross profit margin yang tepat, perusahaan akan kesulitan untuk membayar biaya-biaya yang sebutkan sebelumnya. Oleh karena itu, gross profit margin sebaiknya stabil, dan relevan dengan kebutuhan pembiayaan bisnis pada hal-hal selain produksi. Gross profit margini yang tidak stabil dapat terjadi karena dipengaruhi biaya produksi yang tidak stabil atau kebijakan harga murah yang dilakukan sebagai strategi pemasaran bisnis.

Review: Penerapan DEF pada Facebook (Bagian II: Feasibility Study)

feasibility study facebook

Setelah sebelumnya saya membahas tentang penerapan DEF pada Facebook bagian I: Diversifikasi, dan Exit Strategy, saya akan melanjutkan pembahasan ke feasibility study dari Facebook. Pada feasibility study Facebook, saya akan memakai model sederhana dengan menggunakan format yang tercantum di artikel format penulisan feasibility study. Format feasibility study ini terdiri dari 5 bagian yaitu:

  1. Executive Summary
  2. Produk dan Layanan Facebook
  3. Kondisi Pasar
  4. Harga, Keuntungan, dan Dampak Finansial
  5. Rencana Ke Depan Facebook

1. Executive Summary


Facebook adalah perusahaan yang bergerak sebagai penyedia layanan jejaring sosial online. Perusahaan didirikan pada 4 Februari 2004 oleh Mark Zuckerberg bersama rekan kuliahnya yang juga mahasiswa dari Harvard University yaitu Eduardo Saverin, Andrew McCollum, Dustin Moskovitz, dan Chris Hughes. Website ini mengizinkan para pengguna internet yang berusia setidaknya 13 tahun untuk bergabung sebagai anggota.

Facebook memiliki misi:
"To make the world more open and connected".
Jutaan orang datang ke Facebook setiap harinya dan terhubung dengan teman dan keluarga. Facebook membuat pengguna menemukan apa yang sedang terjadi di sekitar mereka, lalu berbagi dan menyampaikan berbagai hal kepada orang-orang di dalam jejaring pertemanannya.

Facebook menawarkan facebook platform untuk membuat aplikasi dan website yang terintegrasi dengan Facebook agar menjangkau jejaring pengguna global dan membuat produk yang lebih bersifat personal sekaligus sosial. Mereka juga menawarkan kombinasi unik dari jangkauan, relevansi, konteks sosial, dan keterikatan pada nilai iklan yang diterbitkan melalui Facebook. Facebook berencana untuk membuat komunikasi yang lebih cepat, lebih mudah, dan lebih kaya pada setiap orang serta membuat mereka menjadi bagian yang terhubung dalam kehidupan sehari-hari para pengguna.

2. Produk dan Layanan Facebook

Secara umum, ada empat layanan yang tersedia di Facebook yaitu:

  • Timeline
    Timeline membuat pengguna mampu mengelola dan menampilkan acara dan kegiatan yang menurut mereka penting. Timeline juga membuat pengguna mampu memeriksa ingatan mereka pada cerita-cerita pribadi yang diatur menurut kronologis.
  • News Feed
    News Feed merupakan fitur inti dari halaman utama anggota facebook dengan daftar update yang tampil secara rutin. News feed berisikan cerita dari teman, page, dan entitas dimana anggota terhubung dengannya melalui Facebook.
  • Photos and Videos
    Facebook merupakan layanan upload foto yang paling populer di web. Setiap anggota dapat mengupload gambar tak terbatas dengan foto beresolusi tinggi. Mereka juga bisa membuat album foto dan membagikannya kepada teman atau orang-orang tertentu di jaringan mereka.
  • Messages
    Messages yang ditawarkan Facebook termasuk email, chat, dan pesan teks. Setiap pesan terkirim dan dapat diakses pada setiap perangkat yang digunakan anggota Facebook.

Selain layanan, Facebook juga mengakuisisi sejumlah produk untuk memperluas jangkauan pasar, memperkuat basis operasi, atau mempertahankan posisi dalam kompetisi bisnis. Hingga kini, terdapat 45 perusahaan yang telah diakuisisi Facebook, yang terbaru adalah Whatsapp. Beberapa diantara 45 perusahaan yang telah diakuisisi Facebook merupakan pemimpin pasar di bidangnya seperti Instagram (apps photo sharing), Lightbox (apps photo blogging), dan WhatsApp (apps instant messages).

3. Kondisi Pasar

Facebook menguasai 5,7% pangsa pasar iklan digital di seluruh dunia pada tahun 2013. Industri iklan digital di 2013 sendiri tumbuh 13% di tahun 2013 menurut data eMarketer. Lebih dari 1,23 miliar anggota aktif di Facebook tercatat pada Januari 2014. Menurut data dari wearesocial, Facebook juga menguasai 83% share waktu yang dihabiskan pengguna social media.

Meski kondisi diatas terkesan memuaskan, Facebook juga memiliki problem yang harus diatasi terkait kondisi pasar yang mereka masuki. Pertumbuhan pengguna smartphone yang signifikan disertai dengan penetrasi smartphone murah tentu akan membuat pasar jejaring sosial melalui smartphone semakin menarik. Facebook sendiri mengakui bahwa mereka belum mampu membuat perangkat atau fitur mobile yang menarik bagi pengguna. Ini disampaikan pada laporan tahunan Facebook 2012.

Facebook juga mengaku gagal mengembangkan fitur yang inovatif dan menarik bagi anggota. Begitu juga adanya ancaman teknologi baru dimana Facebook sering terlambat hadir di dalamnya, misalnya fitur filter pada gambar yang kini menjadi andalan Instagram. Facebook juga melihat bahwa mereka belum mampu memberi customer services yang tepat dan disukai oleh pengguna, marketer, dan developer. Hal ini menggambarkan bahwa meski pasar yang masih berpotensi terus tumbuh, Facebook juga memiliki kelemahan yang harus segera diatasi.

4. Harga, Keuntungan, dan Dampak Finansial

Berikut kondisi finansial dari Facebook yang diuraikan dalam angka.

  • Revenue (2013) : US$ 7,87 miliar
  • Operating Income (2013) : US$ 2,8 miliar 
  • Net Income (2013) : US$ 1,5 miliar
  • Kapitalisasi Pasar (2013) : US$ 134 miliar
  • Total Aset (2013) : US$ 17,89 miliar
  • Total Ekuitas (2013) : US$ 15,47 miliar

Selain itu, Facebook telah mempekerjakan 6.337 pegawai pada Desember 2013. Perusahaan ini selalu tumbuh diatas 30% per tahun dan di 2013 pendapatan mereka tumbuh 55% dibanding 2012. Harga saham juga tumbuh sekitar 30% sejak IPO di 2012.

5. Rencana Ke Depan Facebook

Apa saja yang akan dilakukan Facebook dalam beberapa tahun ke depan? Berikut strategi Facebook yang disusun sebagai rencana pertumbuhan Facebook selama beberapa tahun ke depan.

  • Memperluas komunitas pengguna global.
  • Membangun produk sosial yang hebat agar menciptakan keterikatan sekaligus menyediakan pengalaman yang paling menarik bagi pengguna.
  • Membuat produk mobile yang menarik dan mudah diakses.
  • Memudahkan developer untuk membuat produk sosial yang hebat menggunakan platform Facebook.
  • Mengembangkan produk iklan bagi marketer dan pengguna.
  • Mengembangkan infrastruktur yang tepat untuk menyediakan pengalaman produk yang terbaik, kokoh, dan handal.


Kesimpulan

Langkah terakhir yang harus dilakukan dari feasibility study adalah menentukan seberapa besar tingkat kelayakan bisnis atau projek untuk memenuhi tujuan dari kajian yang dilakukan. Dalam kasus feasibility study sederhana yang saya lakukan, saya ingin mengetahui apakah Facebook merupakan perusahaan yang layak untuk berinvestasi dalam jangka waktu 3 tahun mendatang?

Terkait dengan tujuan ini, sebenarnya ada banyak cara-cara lainnya yang dapat digunakan. Feasibility study hanya dibuat untuk mengetahui tingkat kelayakannya, bukan untuk mengetahui atau memprediksi nilai return yang dihasilkan. Karena ini bentuk feasibility study yang sangat sederhana, tentu saja hasil analisis dari feasibility study ini tidak bisa dipercaya sepenuhnya. Mungkin tingkat keakuratannya hanya 50%. Artinya bisa benar, bisa salah.

Nah, untuk melihat seberapa layak investasi Facebook dalam jangka waktu 3 tahun ke depan, kita harus menentukan parameter apa saja yang dibutuhkan terkait hal ini. Dalam kasus ini, saya berasumsi menggunakan 8 parameter yang tanpa alasan (alias ngasal). Jika anda membuat feasibility study, gunakan parameter dengan dasar teori tertentu yang dibuat dan diakui oleh bidang akademis atau asosiasi terkait.

8 Parameter yang saya nilai untuk Facebook adalah: tingkat keaktifan pengguna, pangsa pasar, pertumbuhan pasar, pertumbuhan pendapatan, pertumbuhan keuntungan, margin keuntungan, pertumbuhan harga saham, dan prospek rencana jangka panjang. Jika Facebook memenuhi paling sedikit 6 dari 8 parameter yang saya tentukan, artinya Facebook layak untuk menjadi pilihan investasi saya dalam 3 tahun ke depan.

Berikut hasil penilaian saya untuk mengetahui kelayakan investasi Facebook dalam 3 tahun ke depan.

Tingkat keaktifan pengguna (Terpenuhi)
Syarat: 800 juta user aktif per bulan
Kondisi Facebook: 1,23 miliar user aktif per bulan

Pangsa Pasar (Terpenuhi)
Syarat: 60% dari pengguna social media menghabiskan waktu di Facebook
Kondisi Facebook: 83%

Pertumbuhan Pasar (Tidak Terpenuhi)
Syarat: 20% iklan digital tumbuh per tahun
Pertumbuhan Pasar Iklan Digital: 13%

Pertumbuhan Pendapatan (Terpenuhi)
Syarat: naik 20% di 2013
Kondisi Facebook: naik 55% di 2013

Pertumbuhan Keuntungan Bersih (Terpenuhi)
Syarat: naik 25% di 2013
Kondisi Facebook: naik 28 kali lipat lebih di 2013

Margin Keuntungan Bersih (Tidak Terpenuhi)
Syarat: 25% dari pendapatan 2013
Kondisi Facebook: 19,16% dari pendapatan 2013

Pertumbuhan Harga Saham (Terpenuhi)
Syarat: 25% di 2013
Kondisi Facebook: 30% di 2013

Prospek Rencana Jangka Panjang (Terpenuhi)
Syarat: Memiliki 2 Rencana dari 3 bidang berikut: Advertising, Cloud Computing, Mobile Users
Kondisi Facebook: Memiliki rencana pada ketiganya.

Dari hasil penilaian pada 8 parameter ini, Facebook memenuhi 6 dari 8 parameter dari syarat yang saya tentukan. Oleh karena itu, menurut uji kelayakan yang saya lakukan, Facebook layak untuk menjadi pilihan investasi dalam jangka waktu 3 tahun ke depan. Tentu setiap orang punya penilaian masing-masing, apalagi kasus ini memang tidak dianalisis menggunakan cara-cara yang tersusun secara baku atau ilmiah.

Nah, seperti inilah contoh penerapan dari feasibility study. Saya telah tuntas membahas review untuk diversifikasi, exit strategy, dan feasibility study. Di artikel berikutnya saya akan membahas istilah bisnis dengan huruf awal G. Saya memilih Gross Profit Margin atau Margin Keuntungan Kotor. Kita beralih dari sebelumnya tentang strategi bisnis, kini ke bidang finansial. Selamat mengembangkan bisnis.