Wednesday, February 26, 2014

Gross Profit Margin, Cerminan Seberapa Menguntungkan Suatu Produk

Sebelum berdagang, kita biasanya menghitung terlebih dahulu berapa persen keuntungan yang akan diperoleh dari barang yang dijual. Persentase keuntungan yang didapat dari harga barang dikurangi biaya pembuatan atau pembelian barang disebut juga dengan Margin Keuntungan Kotor atau Gross Profit Margin. Margin ini penting untuk mengetahui seberapa menguntungkan barang dagangan yang dijual. Setiap jenis industri memiliki gross profit margin yang berbeda-beda. Di sektor ritel, seperti kios atau toko, biasanya gross profit margin per produk berada di kisaran 15 - 25 persen. Nilai ini jauh berbeda dengan sektor barang mewah atau jasa yang memiliki kisaran gross profit margin di kisaran 70 - 80 persen, bahkan lebih.

Gross Profit Margin sering tertukar dengan Net Profit Margin. Jika gross profit margin dilihat dari harga jual dikurangi harga produksi, net profit margin dilihat dari pendapatan dikurangi seluruh seluruh pengeluaran. Penjelasan di bagian ini saya ringkas agar memberi gambaran tentang gross profit margin. Perhitungan dan contoh penggunaan gross profit margin dapat dilihat pada bagian berikutnya.

Perhitungan Gross Profit Margin

Gross Profit Margin dihitung sesuai rumus berikut.


Revenue (pendapatan) dikurangi COGS (harga pokok penjualan). Hasil pengurangan kemudian dibagi dengan pendapatan. COGS merupakan biaya yang dibutuhkan untuk membuat atau membeli barang yang dijual. Jika gross profit margin anda 0 atau negatif, berarti bisnis anda mengalami masalah (entah tidak disengaja atau disengaja).

Meski saya sebelumnya menjelaskan gross profit margin untuk dihitung per barang, indikator ini mestinya tidak digunakan untuk hal itu. Gross profit margin merupakan indikator untuk melihat kesehatan finansial suatu bisnis. Bisnis yang relevan, tentunya memiliki gross profit margin yang berada di kisaran rata-rata dari gross profit margin relatif industrinya. Jika industri ritel memiliki kisaran gross profit margin 15 - 25 persen, idealnya suatu bisnis ritel yang baik juga berada di kisaran tersebut. Jika tidak, maka harus ada alasan yang logis dan rasional mengapa bisnis tersebut menetapkan tingkat gross profit margin yang berbeda.

Contoh Gross Profit Margin

Misalnya anda memiliki menjual minuman ringan dengan pendapatan Rp.200 juta per tahun. Anda menghabiskan Rp.50 juta untuk melakukan produksi, Rp. 40 juta untuk packaging, dan Rp. 20 juta untuk menangani distribusi minuman ringan. Berarti, anda mengeluarkan Rp. 110 juta sebagai harga pokok penjualan.

Maka, gross profit margin bisnis minuman ringan ini adalah:
(Rp.200 juta - Rp.110 juta) / Rp.200 juta = 45%

Ini artinya, di setiap minuman ringan yang anda jual terdapat 45% laba yang dapat dimanfaatkan untuk pembiayaan operasional, membayar pajak, pengembangan bisnis, atau dinikmati sebagai keuntungan pribadi.

Tanpa gross profit margin yang tepat, perusahaan akan kesulitan untuk membayar biaya-biaya yang sebutkan sebelumnya. Oleh karena itu, gross profit margin sebaiknya stabil, dan relevan dengan kebutuhan pembiayaan bisnis pada hal-hal selain produksi. Gross profit margini yang tidak stabil dapat terjadi karena dipengaruhi biaya produksi yang tidak stabil atau kebijakan harga murah yang dilakukan sebagai strategi pemasaran bisnis.

No comments:

Post a Comment