Teknik below the line lainnya adalah mendorong tim penjualan untuk menawarkan barang di sekitar gerai ritel yang sesuai target pembeli produk. Teknik ini digunakan agar mendorong banyak orang yang mencoba, sangat efektif bagi promosi produk yang baru diluncurkan. Cara ini akan membantu penjual merasakan hubungan langsung secara personal dibanding melakukan promosi lewat media massa atau media yang melibatkan banyak orang. Bentuk dari teknik ini dapat berupa tele-marketing, road shows, promosi langsung, promosi di depan dan di dekat toko, dan membuat tampilan barang yang menarik orang untuk membeli.
Dibanding above the line, below the line memang kurang efektif saat dilakukan pada target pengguna yang sangat besar dan sulit untuk dijelaskan. Tapi below the line sangat disarankan jika target pembeli berasal dari grup yang terbatas dan spesifik. Metode ini juga efisien dan hemat biaya. Misalnya, pembuat pakaian dapat melakukan model pemasaran above the line, tapi untuk perusahaan seperti majalah remaja di Jakarta mungkin akan lebih tepat memasarkan lewat below the line karena lebih spesifik.
Metode yang Dapat Dipakai untuk Below The Line
Ada banyak sekali metode pemasaran, tetapi below the line intinya adalah mengajak orang untuk membeli dengan menawarkan insentif setelah membeli. Misalnya dengan memberi kupon, atau bonus pembelian. Dari web yang saya dapat di the advertising club ditambah info yang saya punya, berikut adalah beberapa contoh metode yang biasa digunakan pada pemasaran below the line:- Promosi atau diskon
- Kupon
- Hadiah saat membeli
- Lomba dan kuis
- Cashback
- Beli sekian dapat sekian
- Tampilan gerai/toko yang menarik
- Direct mail
- Tele marketing
- Social media marketing
Mengapa Below The Line
Saya sudah jelas beberapa keunggulan below the line dari artikel di atas. Kelebihan inilah yang membuat para pemasar membedakan dengan above the line. Namun selain kelebihan di atas, ada beberapa keunggulan yang justru sering dilihat kelemahan dari below the line. Tentu saja ini akan terjadi jika dilakukan secara inovatif dengan sasaran yang tepat. Berikut potensi below the line yang sering dipandang kelemahan.
- Menjadi lebih luas dengan promosi yang tidak terkait produk anda.
Jangkauan pemasaran yang sempit dari below the line dapat diatasi dengan melakukan promosi yang dapat mengundang peserta lebih banyak. Misalnya SOHO, perusahaan obat ini turut mensponsori ajang perjalanan wisata bermotor mengelilingi pulau kalimantan. Promosi dengan below the line tak harus melulu jualan, bisa juga dalam bentuk edukasi pasar. Di ajang wisata itu, SOHO mengadakan pengecekan tekanan darah dan gula darah bagi para peserta kegiatan. Jadi tidak harus diakhiri dengan jualan, bisa juga dalam bentuk lain untuk edukasi pasar. - Menjadi lebih generik dengan menggandeng pihak lain
Below the line tak harus dilakukan sendiri. Anda bisa menggandeng pihak lain, atau bahkan merek lain. Misalnya SOHO yang mengadakan wisata bermotor. Selain itu, ada juga Amanda yang sering terlibat konser musik. Apa yang dilakukan Amanda membuat produk ini tidak hanya selalu terkait dengan makanan, tetap juga musik. Mengapa musik? Mungkin amanda ingin menyampaikan pesan bahwa amanda sebagai makanan yang tepat saat menikmati musik. Dengan begitu, jangkauan pasar dapat menjadi lebih luas dan amanda tidak harus terkait dengan toko kue. - Tetap personal, namun menjangkau lebih banyak orang
Tumbuhnya jejaring sosial mestinya menjadi peluang bagi para pemasar untuk menjalin hubungan dengan target pembeli mereka. Inilah yang dilakukan fatigon. Tak hanya mengandalkan iklan saja, mereka juga mengelola akun jejaring sosial mereka dengan baik agar mampu terhubung secara personal dengan pengikut mereka. Fatigon sempat meluncurkan "Fatigon Aksi Semangat Produktif" dan menciptakan keramaian di twitter dan facebook lewat kata "produktif" yang jadi 30-40% kata teraktif.
No comments:
Post a Comment