Saturday, February 22, 2014

Studi Kasus: Diversifikasi dan Exit Strategi dari Disdus.com (Part I)

Disdus.com adalah website daily deals yang menawarkan kupon diskon yang berasal dari gerai-gerai terdekat. Perusahaan ini kini telah diakuisisi Groupon.com. Sebuah group website daily deals terbesar di dunia yang juga merupakan salah satu pionir dari jenis layanan daily deals secara online.

Disdus adalah pemimpin pasar daily deals di Indonesia. Perusahaan ini didirikan oleh duo Jason Lamuda dan Ferry Tenka. Menurut mereka, ini buka hanya sekedar website portal informasi diskon. Disdus adalah solusi terbaik untuk mempromosikan diskon ke berbagai pengguna internet. Ide website ini memang terinspirasi dari perusahaan yang akhirnya mengakuisisi mereka, Groupon. Groupon sendiri sempat menjadi booming di Amerika Serikat dan sekarang telah digunakan banyak pengguna internet di Amerika Serikat untuk mendapatkan atau menawarkan diskon.

Jason melihat betapa orang Indonesia sangat tertarik dengan diskon. Dengan menggunakan internet, ia yakin bahwa orang Indonesia akan semakin tertarik untuk mengejar diskon, apalagi dari merek-merek yang telah mereka kenal. Ini juga dapat menjadi media yang bagus bagi usaha startup untuk memperkenalkan produk mereka sekaligus mengundang pengguna disdus untuk berkunjung serta membeli produk yang ditawarkan. Lalu bagaimana penerapan diversifikasi dan exit strategi untuk disdus.com?

Diversifikasi

Dari penjelasan diversifikasi di artikel sebelumnya, strategi ini merupakan pilihan yang tepat untuk memasuki pasar yang baru dan/atau dengan produk yang baru. Strategi ini merupakan bagian dari growth strategy setelah dianalisis dari analisis SWOT. Apakah disdus.com tepat untuk melakukan diversifikasi?

Jawaban saya ya. Dengan analisis sederhana (ini sederhana, harap maklum. Jangan terlalu dibahas). Kita dapat melihat seberapa besar peluang pasar yang tersedia untuk segmen ini. Penetrasi yang masih rendah, didukung internet yang terus merambah ke berbagai daerah dengan kecepatan yang semakin tinggi, dan bertumbuhnya iklim wirausaha di Indonesia menurut saya jauh lebih menarik dibanding ancaman yang ada di bidang ini seperti pesaing, teknologi, dan aturan hukum.

Dari analisis internal, menurut saya para pendiri disdus jelas merupakan orang-orang yang berpengalaman dan mengerti bidang IT dan distribusi. Mengapa distribusi? Bisnis ini sebenarnya justru harus lebih kuat pada operasional offline dibanding online. Banyak yang bisa bikin website sebagus dan secanggih disdus, tapi tentu bukan hal yang mudah untuk mendekati seluruh merchant dengan jangkauan seluas dan sebanyak disdus. Jadi tidak ada alasan, mereka harus memilih growth strategy.

Permasalahannya, ada dua bentuk growth strategy. Pertumbuhan terkonsentrasi, dan diversifikasi. Mengapa disdus lebih baik memilih diversifikasi? Karena jenis bisnis ini adalah hal yang baru dengan target market yang baru "pengguna internet yang menyukai promo-promo terbaru". Kita belum bisa menilai setinggi apa tingkat kebutuhan permintaan dari segmen pasar ini sehnigga diversifikasi adalah pilihan yang tepat

Upaya diversifikasi apa saja yang telah dilakukan disdus?

  1. Menawarkan promo travel.
  2. Menawarkan privilege.
  3. Proaktif mengajak pengunjung untuk menjadi partner bisnis disdus.

Exit Strategy

Exit strategy adalah rencana para pemilik/pendiri bisnis untuk keluar dari bisnis yang sedang mereka jalankan. Untuk studi kasus disdus ini, strategi apa yang mereka pilih dan seberapa baik dampak dari strategi ini bagi mereka? Penjelasan untuk bagian ini akan saya jelaskan di bagian studi kasus disdus part II.

No comments:

Post a Comment