Thursday, February 27, 2014

Studi Kasus: Gross Profit Margin dan Hidden Value dari Gudang Garam

Pada bagian studi kasus ini, saya akan menggunakan Gudang Garam sebagai sampel perusahaan untuk menerapkan perhitungan Gross Profit Margin dan Hidden Value. Perhitungan Gross Profit Margin dan Hidden Value akan menggunakan data yang mengacu pada laporan tahunan yang diterbitkan PT. Gudang Garam. Saya juga akan melengkapi beberapa data dari internet, dan asumsi yang hanya berlaku untuk contoh ini (dan kasus tidak terdapat data yang mendukung terhadap variabel yang saya butuhkan).


Gross Profit Margin

Gross Profit Margin merupakan persentase keuntungan dari harga barang dikurangi biaya pembuatan atau pembelian barang. Perhitungan gross profit margin dilakukan untuk mengetahui tingkat keuntungan dari proses bisnis yang terjadi pada perusahaan. Pengurangan gross profit margin dengan biaya operasional beserta pajak, depresiasi, amortisasi, dan bunga pinjaman akan menghasilkan laba bersih.

Untuk menghitung gross profit margin, kita membutuhkan angka pendapatan dan harga pokok penjualan. Perhitungan dilakukan sebagaimana rumus berikut.
Dengan menggunakan rumus ini, mari kita menghitung gross profit dari Gudang Garam.

Tahun 2012
Gross Profit = Revenue - COGS = Rp.9,18 trilyun
Revenue = Rp. 49 trilyun
Gross Profit Margin = 18,73%

Tahun 2011
Gross Profit = Revenue - COGS = Rp.10,13 trilyun
Revenue = Rp. 41,9 trilyun
Gross Profit Margin = 24,18%

Tahun 2010
Gross Profit = Revenue - COGS = Rp.8,87 trilyun
Revenue = Rp. 35,78 trilyun
Gross Profit Margin = 24,79%

Penjelasan
Secara umum, rata-rata gross profit margin dari Gudang Garam selama 3 tahun adalah 22,57%. Jika melihat tren selama tiga tahun ini, gross profit margin dari Gudang Garam terus mengalami penurunan. Padahal perusahaan ini terus mengalami tren peningkatan revenue, ini berarti terus terjadi peningkatan harga pokok penjualan yang kemungkinan berasal dari bahan baku, packaging, distribusi, atau pemasaran.

Hidden Value

Hidden value merupakan nilai yang sebenarnya terdapat pada aset perusahaan yang tidak terlihat di neraca keuangan. Di artikel sebelumnya, saya telah menjelaskan metode perhitungan hidden value beserta langkah dan contoh penerapannya. Menggunakan metode tersebut, saya akan menganalisis hidden value yang mungkin terdapat pada Gudang Garam.

Untuk menghitung hidden value, data yang dibutuhkan adalah:
  • Durasi laporan keuangan: saya menggunakan 3 tahun.
  • Laba sebelum pajak
  • Aktiva berwujud
  • Rata-rata ROA industri rokok
  • Premium rate: untuk memudahkan, saya menggunakan asumsi tingkat suku bunga BI Rate

Metode perhitungan hidden value terdiri dari 7 langkah.

Langkah I
Hitung rata-rata 3 tahun untuk laba sebelum pajak (pretax earning).
Kasus Gudang Garam:
Tahun 2010: Rp.4,2 trilyun ; Tahun 2011: Rp.4,96 trilyun ; Tahun 2012: Rp. 4,07 trilyun
Rata-rata pretax earning: Rp. 4,41 trilyun

Langkah II
Cek laporan neraca (balance sheet) keuangan dan hitung rata-rata 3 tahun dari tangible assets atau aktiva berwujud.
Kasus Gudang Garam:
Tahun 2010: Rp.30,74 trilyun ; Tahun 2011: Rp.39,09 trilyun ; Tahun 2012: Rp. 41,5 trilyun
Rata-rata tangible assets: Rp. 37,11 trilyun

Langkah III
Hitung rata-rata return on assets (ROA) 3 tahun yang sedikit dimodifikasi, dengan membagi langkah I dengan langkah II.
Kasus Gudang Garam:
Tahun 2010: 13,71% ; Tahun 2011: 12,68% ; Tahun 2012: 9,8%
Rata-rata ROA selama 3 tahun: 12,06%

Langkah IV
Untuk jangka 3 tahun, hitung ROA seperti langkah III menurut rata-rata industri.
Kasus Gudang Garam:
Dari penelusuran yang saya dapat, rata-rata ROA industri rokok berada di angka 12,1%

Langkah V
Hitung kelebihan ROA dengan mengurangi angka di langkah I dengan hasil kali antara angka di langkah IV dan angka di langkah II.
Kasus Gudang Garam:
Rp.4,41 trilyun - (12,1% (langkah IV) x Rp.37,11 trilyun (langkah II))= Rp. -80 miliar.

Langkah VI
Hitung rata-rata pajak pendapatan 3 tahun dan kalikan dengan hasil di langkah V
Kasus Gudang Garam:
Anggap asumsi pajak rata-rata 25%, maka: Rp. -80 miliar - (30% x - Rp.80 miliar) = -Rp.56 miliar.

Langkah VII
Hitung NPV (net present value) menggunakan tingkat suku bunga Indonesia. Caranya adalah dengan membagi angka di langkah VI dengan tingkat suku bunga.
Kasus Gudang Garam:
Asumsi premium rate yang saya gunakan adalah rate suku bunga Indonesia yaitu 7,25%
Rp. -56 miliar / 7,25% = -Rp.772 miliar.

Dari hasil perhitungan ini, ternyata Gudang Garam justru menjadi contoh perusahaan yang memiliki nilai hidden value negatif. Hasil ini disebabkan tiga kemungkinan yaitu:
  1. Gudang Garam belum mampu mengoptimalkan aset untuk meraih laba.
  2. Terdapat aset-aset yang sudah tidak kompetitif dalam proses operasional perusahaan.
  3. Terjadi pemborosan aset di Gudang Garam.
Meskipun begitu, angka hidden value ini berada di kisaran 1,5% - 2,5% dari angka aktiva total Gudang Garam. Angka yang masih dapat ditoleransi, meskipun menjadi sinyal bagi investor yang mencari value perusahaan agar berhati-hati jika berinvestasi di Gudang Garam.

Hidden Values, Nilai Tersembunyi Yang Terdapat Pada Bisnis

Hidden values seringkali ditemukan pada bisnis berbasis intelektual dan investasi. Hal ini terjadi karena nilai pada suatu bisnis sering dinilai berdasarkan aset yang cenderung tangible seperti rumah, tanah, dan peralatan kerja. Metode akuntansi konservatif umumnya melakukan valuasi aset berdasarkan nilai yang berbasis depresiasi, atau harga pasar. Metode konservatif tentu berpotensi menghasilkan penilaian pada aset seperti paten, hak cipta, merek dagang, teknologi, atau real estate yang sedang jatuh tidak bernilai sebagaimana mestinya. Investor yang berorientasi pada value sangat memperhatikan hidden value dalam memutuskan investasi.

Mengapa Hidden Values Menjadi Penting?

Ilmu bisnis yang kini diajarkan lebih banyak berfokus pada nilai perusahaan yang bersifat tangible dibandingkan intangible. Padahal, seringkali aset yang tidak terlihat ini merupakan pendorong pertumbuhan perusahaan. Sayangnya aset ini cenderung sulit di-valuasi. Investor seringkali mengandalkan intuisi mereka untuk memprediksi nilai perusahaan secara akurat.

Banyak perusahaan yang kini lebih bertumpu pada aset intelektual, misalnya pada sektor teknologi informasi atau farmasi. Perusahaan farmasi tentu mendorong R&D untuk menciptakan obat baru yang lulus uji kesehatan, dapat diproduksi massal, dan mengatasi isu kesehatan tertentu di masyarakat. Tentu butuh waktu beberapa tahun hingga melihat investasi di bidang R&D ini menghasilkan keuntungan.

Kondisi ini membuat sistem akuntansi yang ada saat ini seringkali berbeda dengan apa yang ada di pasar modal. Nilai yang terdapat pada akuntansi umumnya berdasar pada biaya historis dari peralatan dan inventory. Bagaimana dengan teknologi informasi yang saat ini nyaris tidak memiliki inventory? Apalagi pasar kini menilai harga saham dari masa depan arus kas perusahaan, yang sebagian besar terlihat sebagai hidden value.

Bagaimana Cara Menghitung Hidden Values?

Meski para investor biasanya lebih mengandalkan insting atau intuisi untuk melihat seberapa besar hidden value dari perusahaan, terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk melihat hidden value dari perspektif akuntansi. Ada beberapa cara untuk menghitung hidden value, kali ini saya akan menampilkan salah satu cara. Berikut cara menghitung hidden value versi Investopedia yang saya modifikasi.

Langkah I
Hitung rata-rata 3 tahun untuk laba sebelum pajak (pretax earning).
Contoh:
Perusahaan televisi BCD menghasilkan pretax earning Rp. 30 miliar, Rp. 36 miliar, dan Rp. 42 miliar. Berarti rata-rata laba sebelum pajak BCD adalah Rp. 36 miliar.

Langkah II
Cek laporan neraca (balance sheet) keuangan dan hitung rata-rata 3 tahun dari tangible assets atau aktiva berwujud.
Contoh:
Asumsi untuk BCD adalah Rp.150 miliar.

Langkah III
Hitung rata-rata return on assets (ROA) 3 tahun yang sedikit dimodifikasi, dengan membagi langkah I dengan langkah II.
Contoh:
Dalam kasus BCD, maka ROA yang diperoleh adalah 24%.

Langkah IV
Untuk jangka 3 tahun, hitung ROA seperti langkah III menurut rata-rata industri.
Contoh:
Anggap saja ROA ini adalah 15%.

Langkah V
Hitung kelebihan ROA dengan mengurangi angka di langkah I dengan hasil kali antara angka di langkah IV dan angka di langkah II.
Contoh:
Rp.36 miliar - (15% (langkah IV) x Rp.150 miliar (langkah II))= Rp. 13,5 miliar.

Langkah VI
Hitung rata-rata pajak pendapatan 3 tahun dan kalikan dengan hasil di langkah V
Contoh:
Anggap asumsi pajak rata-rata 30%, maka: Rp. 13,5 miliar - (30% x Rp. 13,5 miliar) = Rp. 9,45 miliar.

Langkah VII
Hitung NPV (net present value) menggunakan tingkat suku bunga Indonesia. Caranya adalah dengan membagi angka di langkah VI dengan tingkat suku bunga.
Contoh:
Anggap tingkat suku bunga adalah 8%. Berarti NPV dari BCD berarti adalah:
Rp. 1,4 miliar / 8% = Rp.118,125 miliar.

Dari langkah ini, berarti perusahaan BCD memiliki hidden value sebesar Rp.118,125 miliar. Jika melihat nilai tangible asset dari BCD, angka ini mampu memberi kontribusi penambahan aset sebesar 78,75% dari aktiva berwujud. Tentu angka yang cukup besar ya.

Wednesday, February 26, 2014

Gross Profit Margin, Cerminan Seberapa Menguntungkan Suatu Produk

Sebelum berdagang, kita biasanya menghitung terlebih dahulu berapa persen keuntungan yang akan diperoleh dari barang yang dijual. Persentase keuntungan yang didapat dari harga barang dikurangi biaya pembuatan atau pembelian barang disebut juga dengan Margin Keuntungan Kotor atau Gross Profit Margin. Margin ini penting untuk mengetahui seberapa menguntungkan barang dagangan yang dijual. Setiap jenis industri memiliki gross profit margin yang berbeda-beda. Di sektor ritel, seperti kios atau toko, biasanya gross profit margin per produk berada di kisaran 15 - 25 persen. Nilai ini jauh berbeda dengan sektor barang mewah atau jasa yang memiliki kisaran gross profit margin di kisaran 70 - 80 persen, bahkan lebih.

Gross Profit Margin sering tertukar dengan Net Profit Margin. Jika gross profit margin dilihat dari harga jual dikurangi harga produksi, net profit margin dilihat dari pendapatan dikurangi seluruh seluruh pengeluaran. Penjelasan di bagian ini saya ringkas agar memberi gambaran tentang gross profit margin. Perhitungan dan contoh penggunaan gross profit margin dapat dilihat pada bagian berikutnya.

Perhitungan Gross Profit Margin

Gross Profit Margin dihitung sesuai rumus berikut.


Revenue (pendapatan) dikurangi COGS (harga pokok penjualan). Hasil pengurangan kemudian dibagi dengan pendapatan. COGS merupakan biaya yang dibutuhkan untuk membuat atau membeli barang yang dijual. Jika gross profit margin anda 0 atau negatif, berarti bisnis anda mengalami masalah (entah tidak disengaja atau disengaja).

Meski saya sebelumnya menjelaskan gross profit margin untuk dihitung per barang, indikator ini mestinya tidak digunakan untuk hal itu. Gross profit margin merupakan indikator untuk melihat kesehatan finansial suatu bisnis. Bisnis yang relevan, tentunya memiliki gross profit margin yang berada di kisaran rata-rata dari gross profit margin relatif industrinya. Jika industri ritel memiliki kisaran gross profit margin 15 - 25 persen, idealnya suatu bisnis ritel yang baik juga berada di kisaran tersebut. Jika tidak, maka harus ada alasan yang logis dan rasional mengapa bisnis tersebut menetapkan tingkat gross profit margin yang berbeda.

Contoh Gross Profit Margin

Misalnya anda memiliki menjual minuman ringan dengan pendapatan Rp.200 juta per tahun. Anda menghabiskan Rp.50 juta untuk melakukan produksi, Rp. 40 juta untuk packaging, dan Rp. 20 juta untuk menangani distribusi minuman ringan. Berarti, anda mengeluarkan Rp. 110 juta sebagai harga pokok penjualan.

Maka, gross profit margin bisnis minuman ringan ini adalah:
(Rp.200 juta - Rp.110 juta) / Rp.200 juta = 45%

Ini artinya, di setiap minuman ringan yang anda jual terdapat 45% laba yang dapat dimanfaatkan untuk pembiayaan operasional, membayar pajak, pengembangan bisnis, atau dinikmati sebagai keuntungan pribadi.

Tanpa gross profit margin yang tepat, perusahaan akan kesulitan untuk membayar biaya-biaya yang sebutkan sebelumnya. Oleh karena itu, gross profit margin sebaiknya stabil, dan relevan dengan kebutuhan pembiayaan bisnis pada hal-hal selain produksi. Gross profit margini yang tidak stabil dapat terjadi karena dipengaruhi biaya produksi yang tidak stabil atau kebijakan harga murah yang dilakukan sebagai strategi pemasaran bisnis.

Review: Penerapan DEF pada Facebook (Bagian II: Feasibility Study)

feasibility study facebook

Setelah sebelumnya saya membahas tentang penerapan DEF pada Facebook bagian I: Diversifikasi, dan Exit Strategy, saya akan melanjutkan pembahasan ke feasibility study dari Facebook. Pada feasibility study Facebook, saya akan memakai model sederhana dengan menggunakan format yang tercantum di artikel format penulisan feasibility study. Format feasibility study ini terdiri dari 5 bagian yaitu:

  1. Executive Summary
  2. Produk dan Layanan Facebook
  3. Kondisi Pasar
  4. Harga, Keuntungan, dan Dampak Finansial
  5. Rencana Ke Depan Facebook

1. Executive Summary


Facebook adalah perusahaan yang bergerak sebagai penyedia layanan jejaring sosial online. Perusahaan didirikan pada 4 Februari 2004 oleh Mark Zuckerberg bersama rekan kuliahnya yang juga mahasiswa dari Harvard University yaitu Eduardo Saverin, Andrew McCollum, Dustin Moskovitz, dan Chris Hughes. Website ini mengizinkan para pengguna internet yang berusia setidaknya 13 tahun untuk bergabung sebagai anggota.

Facebook memiliki misi:
"To make the world more open and connected".
Jutaan orang datang ke Facebook setiap harinya dan terhubung dengan teman dan keluarga. Facebook membuat pengguna menemukan apa yang sedang terjadi di sekitar mereka, lalu berbagi dan menyampaikan berbagai hal kepada orang-orang di dalam jejaring pertemanannya.

Facebook menawarkan facebook platform untuk membuat aplikasi dan website yang terintegrasi dengan Facebook agar menjangkau jejaring pengguna global dan membuat produk yang lebih bersifat personal sekaligus sosial. Mereka juga menawarkan kombinasi unik dari jangkauan, relevansi, konteks sosial, dan keterikatan pada nilai iklan yang diterbitkan melalui Facebook. Facebook berencana untuk membuat komunikasi yang lebih cepat, lebih mudah, dan lebih kaya pada setiap orang serta membuat mereka menjadi bagian yang terhubung dalam kehidupan sehari-hari para pengguna.

2. Produk dan Layanan Facebook

Secara umum, ada empat layanan yang tersedia di Facebook yaitu:

  • Timeline
    Timeline membuat pengguna mampu mengelola dan menampilkan acara dan kegiatan yang menurut mereka penting. Timeline juga membuat pengguna mampu memeriksa ingatan mereka pada cerita-cerita pribadi yang diatur menurut kronologis.
  • News Feed
    News Feed merupakan fitur inti dari halaman utama anggota facebook dengan daftar update yang tampil secara rutin. News feed berisikan cerita dari teman, page, dan entitas dimana anggota terhubung dengannya melalui Facebook.
  • Photos and Videos
    Facebook merupakan layanan upload foto yang paling populer di web. Setiap anggota dapat mengupload gambar tak terbatas dengan foto beresolusi tinggi. Mereka juga bisa membuat album foto dan membagikannya kepada teman atau orang-orang tertentu di jaringan mereka.
  • Messages
    Messages yang ditawarkan Facebook termasuk email, chat, dan pesan teks. Setiap pesan terkirim dan dapat diakses pada setiap perangkat yang digunakan anggota Facebook.

Selain layanan, Facebook juga mengakuisisi sejumlah produk untuk memperluas jangkauan pasar, memperkuat basis operasi, atau mempertahankan posisi dalam kompetisi bisnis. Hingga kini, terdapat 45 perusahaan yang telah diakuisisi Facebook, yang terbaru adalah Whatsapp. Beberapa diantara 45 perusahaan yang telah diakuisisi Facebook merupakan pemimpin pasar di bidangnya seperti Instagram (apps photo sharing), Lightbox (apps photo blogging), dan WhatsApp (apps instant messages).

3. Kondisi Pasar

Facebook menguasai 5,7% pangsa pasar iklan digital di seluruh dunia pada tahun 2013. Industri iklan digital di 2013 sendiri tumbuh 13% di tahun 2013 menurut data eMarketer. Lebih dari 1,23 miliar anggota aktif di Facebook tercatat pada Januari 2014. Menurut data dari wearesocial, Facebook juga menguasai 83% share waktu yang dihabiskan pengguna social media.

Meski kondisi diatas terkesan memuaskan, Facebook juga memiliki problem yang harus diatasi terkait kondisi pasar yang mereka masuki. Pertumbuhan pengguna smartphone yang signifikan disertai dengan penetrasi smartphone murah tentu akan membuat pasar jejaring sosial melalui smartphone semakin menarik. Facebook sendiri mengakui bahwa mereka belum mampu membuat perangkat atau fitur mobile yang menarik bagi pengguna. Ini disampaikan pada laporan tahunan Facebook 2012.

Facebook juga mengaku gagal mengembangkan fitur yang inovatif dan menarik bagi anggota. Begitu juga adanya ancaman teknologi baru dimana Facebook sering terlambat hadir di dalamnya, misalnya fitur filter pada gambar yang kini menjadi andalan Instagram. Facebook juga melihat bahwa mereka belum mampu memberi customer services yang tepat dan disukai oleh pengguna, marketer, dan developer. Hal ini menggambarkan bahwa meski pasar yang masih berpotensi terus tumbuh, Facebook juga memiliki kelemahan yang harus segera diatasi.

4. Harga, Keuntungan, dan Dampak Finansial

Berikut kondisi finansial dari Facebook yang diuraikan dalam angka.

  • Revenue (2013) : US$ 7,87 miliar
  • Operating Income (2013) : US$ 2,8 miliar 
  • Net Income (2013) : US$ 1,5 miliar
  • Kapitalisasi Pasar (2013) : US$ 134 miliar
  • Total Aset (2013) : US$ 17,89 miliar
  • Total Ekuitas (2013) : US$ 15,47 miliar

Selain itu, Facebook telah mempekerjakan 6.337 pegawai pada Desember 2013. Perusahaan ini selalu tumbuh diatas 30% per tahun dan di 2013 pendapatan mereka tumbuh 55% dibanding 2012. Harga saham juga tumbuh sekitar 30% sejak IPO di 2012.

5. Rencana Ke Depan Facebook

Apa saja yang akan dilakukan Facebook dalam beberapa tahun ke depan? Berikut strategi Facebook yang disusun sebagai rencana pertumbuhan Facebook selama beberapa tahun ke depan.

  • Memperluas komunitas pengguna global.
  • Membangun produk sosial yang hebat agar menciptakan keterikatan sekaligus menyediakan pengalaman yang paling menarik bagi pengguna.
  • Membuat produk mobile yang menarik dan mudah diakses.
  • Memudahkan developer untuk membuat produk sosial yang hebat menggunakan platform Facebook.
  • Mengembangkan produk iklan bagi marketer dan pengguna.
  • Mengembangkan infrastruktur yang tepat untuk menyediakan pengalaman produk yang terbaik, kokoh, dan handal.


Kesimpulan

Langkah terakhir yang harus dilakukan dari feasibility study adalah menentukan seberapa besar tingkat kelayakan bisnis atau projek untuk memenuhi tujuan dari kajian yang dilakukan. Dalam kasus feasibility study sederhana yang saya lakukan, saya ingin mengetahui apakah Facebook merupakan perusahaan yang layak untuk berinvestasi dalam jangka waktu 3 tahun mendatang?

Terkait dengan tujuan ini, sebenarnya ada banyak cara-cara lainnya yang dapat digunakan. Feasibility study hanya dibuat untuk mengetahui tingkat kelayakannya, bukan untuk mengetahui atau memprediksi nilai return yang dihasilkan. Karena ini bentuk feasibility study yang sangat sederhana, tentu saja hasil analisis dari feasibility study ini tidak bisa dipercaya sepenuhnya. Mungkin tingkat keakuratannya hanya 50%. Artinya bisa benar, bisa salah.

Nah, untuk melihat seberapa layak investasi Facebook dalam jangka waktu 3 tahun ke depan, kita harus menentukan parameter apa saja yang dibutuhkan terkait hal ini. Dalam kasus ini, saya berasumsi menggunakan 8 parameter yang tanpa alasan (alias ngasal). Jika anda membuat feasibility study, gunakan parameter dengan dasar teori tertentu yang dibuat dan diakui oleh bidang akademis atau asosiasi terkait.

8 Parameter yang saya nilai untuk Facebook adalah: tingkat keaktifan pengguna, pangsa pasar, pertumbuhan pasar, pertumbuhan pendapatan, pertumbuhan keuntungan, margin keuntungan, pertumbuhan harga saham, dan prospek rencana jangka panjang. Jika Facebook memenuhi paling sedikit 6 dari 8 parameter yang saya tentukan, artinya Facebook layak untuk menjadi pilihan investasi saya dalam 3 tahun ke depan.

Berikut hasil penilaian saya untuk mengetahui kelayakan investasi Facebook dalam 3 tahun ke depan.

Tingkat keaktifan pengguna (Terpenuhi)
Syarat: 800 juta user aktif per bulan
Kondisi Facebook: 1,23 miliar user aktif per bulan

Pangsa Pasar (Terpenuhi)
Syarat: 60% dari pengguna social media menghabiskan waktu di Facebook
Kondisi Facebook: 83%

Pertumbuhan Pasar (Tidak Terpenuhi)
Syarat: 20% iklan digital tumbuh per tahun
Pertumbuhan Pasar Iklan Digital: 13%

Pertumbuhan Pendapatan (Terpenuhi)
Syarat: naik 20% di 2013
Kondisi Facebook: naik 55% di 2013

Pertumbuhan Keuntungan Bersih (Terpenuhi)
Syarat: naik 25% di 2013
Kondisi Facebook: naik 28 kali lipat lebih di 2013

Margin Keuntungan Bersih (Tidak Terpenuhi)
Syarat: 25% dari pendapatan 2013
Kondisi Facebook: 19,16% dari pendapatan 2013

Pertumbuhan Harga Saham (Terpenuhi)
Syarat: 25% di 2013
Kondisi Facebook: 30% di 2013

Prospek Rencana Jangka Panjang (Terpenuhi)
Syarat: Memiliki 2 Rencana dari 3 bidang berikut: Advertising, Cloud Computing, Mobile Users
Kondisi Facebook: Memiliki rencana pada ketiganya.

Dari hasil penilaian pada 8 parameter ini, Facebook memenuhi 6 dari 8 parameter dari syarat yang saya tentukan. Oleh karena itu, menurut uji kelayakan yang saya lakukan, Facebook layak untuk menjadi pilihan investasi dalam jangka waktu 3 tahun ke depan. Tentu setiap orang punya penilaian masing-masing, apalagi kasus ini memang tidak dianalisis menggunakan cara-cara yang tersusun secara baku atau ilmiah.

Nah, seperti inilah contoh penerapan dari feasibility study. Saya telah tuntas membahas review untuk diversifikasi, exit strategy, dan feasibility study. Di artikel berikutnya saya akan membahas istilah bisnis dengan huruf awal G. Saya memilih Gross Profit Margin atau Margin Keuntungan Kotor. Kita beralih dari sebelumnya tentang strategi bisnis, kini ke bidang finansial. Selamat mengembangkan bisnis.

Tuesday, February 25, 2014

Review: Penerapan DEF pada Facebook (Bagian I: Diversifikasi dan Exit Strategy)

Sebelumnya, saya menjelaskan tentang D untuk Diversifikasi, E untuk Exit Strategy, dan F untuk Feasibility Study. Ketiganya merupakan istilah yang lazim digunakan pada level korporat. Diversifikasi adalah bagian dari strategi bisnis, sementara exit strategy dan feasibility study merupakan bagian dari perencanaan bisnis. Untuk melihat seperti review dari ketiga istilah ini pada perusahaan, saya menggunakan Facebook sebagai bahan analisis.

Facebook adalah jejaring sosial terbesar di dunia dengan lebih dari 1 milyar pengguna. Perusahaan yang didirikan Mark Zuckerberg bersama ke 4 rekannya ini merupakan fenomena terbesar dalam satu dekade terakhir sekaligus mengubah gaya hidup masyarakat, secara online dan offline. Meski perjalanannya situs jejaring sosial ini tergolong dramatis diiringi dengan berbagai konflik dan kontroversi, situs ini terus bertumbuh dan kini saham mereka telah ditawarkan ke publik melalui indeks NASDAQ.

review bisnis facebook

Merek seperti facebook, yang kini juga telah dimiliki publik, tentu sangat terkait dengan variabel DEF yang saya bahas di artikel sebelumnya. Mereka melakukan Diversifikasi, mereka memiliki Exit Strategy, dan mereka tentu melakukan Feasibility Study, terlebih lagi mereka terdaftar sebagai perusahaan publik. Untuk melihat apa yang dilakukan upaya diversifikasi, exit strategy, dan feasibility study yang terdapat pada Facebook, saya akan melakukan review sederhana sekaligus memberi penerapan dari setiap istilah bisnis DEF.

Diversifikasi dari Facebook

Apakah Facebook perlu melakukan diversifikasi? Untuk mengetahui jawabannya, kita harus menganalisis kondisi internal perusahaan dan keadaan lingkungan bisnis. Mari kita lakukan analisis sederhana.

Apakah kondisi internal Facebook sedang bagus?
Pendapatan Facebook mencapai 7,8 miliar dolar dengan laba bersih sebesar 1,5 miliar dolar di tahun 2013. Perusahaan ini juga aktif mengembangkan riset untuk meningkatkan daya saing. Beberapa riset yang dilakukan terkait dengan internet behavior, artificial intelligence, dan mobile technology menjadi fokus Facebook untuk beberapa tahun ke depan. Perusahaan ini sepertinya tak hanya memaksimalkan interaksi yang ada saat ini, tapi juga melakukan inovasi yang dapat memberi pengguna pengalaman yang baru sekaligus menarik target pasar yang baru.
Kondisi ini menggambarkan kondisi internal Facebook yang bagus, baik dari segi finansial maupun operasional.

Apakah ada industri yang dimasuki Facebook memiliki potensi berkembang?
Penetrasi smartphone membuat setiap orang semakin terhubung dengan internet, terlebih lagi jejaring sosial. Meskipun begitu, pesaing facebook semakin bermunculan. Definisi jejaring sosial tidak lagi sesempit dahulu yang lebih diartikan sebagai situs pertemanan. Kini jejaring sosial menjadi platform yang menghubungkan banyak orang melalui media apapun. Chat apps, video sharing, photo sharing, dan microblogging kini juga telah digolongkan sebagai jejaring sosial karena kemampuannya menghubungkan banyak orang.
Mana yang lebih kuat, apakah potensi pasar atau persaingan? Menurut saya potensi pasar lebih kuat dalam hal ini. Mengapa? Karena pertumbuhan pendapatan di bisnis cukup besar, sementara para pesaing facebook tentu membutuhkan model bisnis yang tepat agar menghasilkan pendapatan. Untuk bisnis jejaring sosial, butuh waktu yang tidak sebentar untuk mendapatkan model bisnis yang tepat. Facebook, dengan sumber pendapatan dari iklan, API, dan market insight, telah memiliki model bisnis yang kuat dan teruji. Pertumbuhan pengguna dan perluasan perusahaan dalam bentuk perluasan produk atau bisnis, entah diinisiasi dari internal atau mengakuisisi perusahaan lain, merupakan hal yang dibutuhkan bagi situs ini.

Oke, kondisi internal bagus plus lingkungan bisnis yang tepat. Jadi sekarang diversifikasi apa yang dilakukan Facebook?
Melihat tindakan dan kebijakan bisnis dari perusahaan ini, sepertinya Facebook memilih diversifikasi horizontal sebagai strategi diversifikasi. Jika mengacu Facebook Annual Report untuk edisi 2012, perusahaan ini menyatakan bahwa salah satu strategi mereka adalah "Expand Our Global User Community". Dalam strategi ini, mereka menyatakan bahwa salah satu upaya yang dilakukan adalah melanjutkan upaya marketing, akuisisi pengguna, dan membuat Facebook lebih mudah diakses, bermanfaat, dan digunakan setiap saat.
Upaya Facebook dalam menerjemahkan strategi ini dapat terlihat dari berbagai akuisisi facebook pada usaha yang menyasar pada target pengguna internet namun tidak mengembangkan teknologi yang serupa dengan facebook. Lihat saja mereka mengakuisisi instagram, jejaring sosial untuk berbagi foto. Lalu yang terbaru, whatsapp, aplikasi smartphone dengan fitur instant messaging. Seluruhnya merupakan bisnis yang menargetkan pengguna smartphone, yang sepertinya masih sulit dijangkau oleh facebook.

Exit Strategy dari Facebook

Ada 5 skenario exit strategy yang lazim diterapkan perusahaan yang saya jelaskan di artikel sebelumnya. Melihat kasus facebook, para pendiri perusahaan ini tidak sepenuhnya melakukan exit. Namun salah satu exit terbesar terjadi saat mereka akhirnya melakukan Initial Public Offering (IPO). Bentuk exit strategy ini adalah pilihan yang tepat bagi facebook. Perusahaan ini telah berkembang menjadi salah satu super power di teknologi informasi, sekaligus menjadi raja jejaring sosial.

Proses IPO yang dilakukan Facebook membuat venture capital, yang diawal menyokong pendanaan facebook, tidak lagi banyak campur tangan terhadap kebijakan perusahaan (terutama terkait finansial). Facebook sempat dipertanyakan apakah mampu bertahan hingga akhirnya mereka memilih iklan sebagai sumber pendapatan perusahaan. Perusahaan ini pun telah memiliki tata kelola perusahaan yang layak serta memenuhi syarat yang dibutuhkan untuk menjadi perusahaan publik.

Feasibility Study dari Facebook

Tentu ada banyak kajian kelayakan tentang Facebook, apalagi sebelum dan ketika Facebook melakukan IPO. Karena bagian ini panjang kalau dibahas, saya akan membuat artikel yang terpisah untuk melakukan feasibility study sederhana pada kasus Facebook.

Feasibility Study, Contoh Penulisan Versi Sederhana (Bagian III)

Di bagian sebelumnya, saya telah menjelaskan format penulisan feasibility study. Seperti apa contoh penulisan feasibility study pada bisnis atau projek? Berikut ini saya akan memberi gambaran sederhana seperti apa contoh feasibility study yang semoga bisa menjadi referensi anda dalam membuat feasibility study. Seperti yang saya jelaskan sebelumnya, beberapa institusi memiliki format tersendiri untuk feasibility study. Ada baiknya anda memastikan dulu format dari feasibility study yang disyaratkan.

Secara umum, feasibility study harusnya mencakup TELOS seperti yang saya jelaskan di artikel seri ini yang pertama: "Pelajari Seberapa Realistis Suatu Bisnis atau Projek". Dengan menganalisis TELOS secara menyuruh dan mencantumkannya pada draft feasibility study, akan lebih mudah untuk membuat feasibility study sesuai dengan format yang diminta. Lalu, seperti apa contoh dari feasibility study? Berikut contoh sederhana dari saya diurutkan sesuai daftar isi.

Contoh Bisnis: Gatot Kaca Airlines (Hanya Contoh)


Cover Letter (Bisa ada bisa tidak)

Anda dapat mencari contoh cover letter di google atau mengikuti sampel atau draft yang disediakan oleh lembaga yang meminta feasibility study. Bagian ini sepertinya tidak mesti dijelaskan

Lembar Cover

Bagian ini dapat berasal dari lembaga yang meminta feasibility study, atau dirancang sendiri oleh anda. Jika anda membuat feasibility study untuk bisnis anda, ada baiknya anda membuat cover yang dirancang dengan rapih dan menarik. Mungkin ini akan membuat anda lebih menghargai karya anda sekaligus membuat anda tidak bosan untuk terus menganalisis feasibility study yang anda buat demi kemajuan bisnis.

Daftar Isi

Saya pikir tak perlu dijelaskan

Deskripsi Bisnis

"Bertumbuhnya kelas menengah di Indonesia membuat industri penerbangan terus bertumbuh selama beberapa tahun belakangan. Penerbangan murah, atau low cost carrier, merupakan segmen yang menjadi primadona karena peluang yang masih terbuka lebar. Untuk itulah Gatot Kaca Airlines beroperasi melayani penerbangan di seluruh bandara di Indonesia. Bisnis ini memiliki 75 armada pesawat dengan kapasitas penumpang total mencapai 15.000 penumpang. Dengan moto 'otot kawat tulang baja', bisnis ini memberi nuansa penerbangan yang menyamankan 'otot kawat' penumpang dengan kualitas keamanan pesawat berlapis 'tulang baja' dari pesawat yang tersedia." (ini hanya contoh)

Paragraf diatas adalah contoh deskripsi dari bisnis Gatot Kaca Airlines. Menjelaskan tentang mengapa mereka berbisnis, siapa target pengguna, apa sumber daya yang dimiliki, dan value apa yang diberikan kepada pelanggan. Jika anda mencantumkan opini pada deskripsi bisnis, ada baiknya mencantumkan data, fakta, atau teori yang memperkuat landasan dari opini tersebut.

Studi Kelayakan Pasar

"Pangsa pasar low cast carrier diperkirakan sebesar 70% dari total penumpang pesawat di Indonesia. Jika dilihat dari revenue yang dihasilkan, segmen low cost carrier berkontribusi terhadap 50% dari total revenue yang dihasilkan dari usaha penerbangan. Di tahun 2014, industri penerbangan diperkirakan bertumbuh sebesar 13%, dari sebelumnya sebesar Rp.300 trilyun menjadi Rp.339 trilyun. (data: sumber riset pasar yang digunakan).

Gatot Kaca Airlines menargetkan mampu menguasai pendapatan sebesar 4% dari pangsa pasar pendapatan industri penerbangan di tahun pertama peluncuran layanan. Itu berarti setara dengan pendapatan sebesar Rp12 trilyun rupiah per tahun. Dari hasil olah data yang kami lakukan melalui pendapatan kompetitor, bujet marketing, dan kapasitas pesawat dimiliki, target ini sulit untuk tercapai. Kapasitas total penumpang yang diangkut Gatot Kaca Airlines dalam 1 tahun maksimum adalah 40 juta penumpang. Dengan harga rata-rata tiket pesawat sebesar Rp. 800 ribu/penumpang, Gatot Kaca Airlines harus mencapai tingkat okupansi pesawat mencapai 37,5%. Tingkat okupansi ini jauh diatas rata-rata tingkat okupansi industri airlines saat pertama diluncurkan, yaitu 22%. Meski saat ini, tingkat okupansi rata-rata industri airlines mencapai 40%." (ini hanya contoh)

Contoh diatas menunjukkan data tentang analisis kuantitatif dari segmen pasar yang sedang dikaji. Studi kelayakan pasar sebaiknya dilengkapi dengan data penunjang seperti pangsa pasar, customer behavior, data relatif dari kompetitor, dan potensi pertumbuhan pasar. Selain itu, data dan fakta dari sumber terpercaya yang tidak hanya berasal dari satu pihak akan membuat feasibility study ini semakin akurat. Jangan lupa cantumkan kesimpulan, solusi, atau poin penting yang menyoroti kelayakan pasar dari bisnis atau projek yang sedang dikaji.

Studi Kelayakan Organisasi

"Gatot Kaca Airlines didirikan oleh dua pemuda yang sangat passionate di dunia penerbangan, meskipun tidak melanjutkan studi di bidang penerbangan. Mereka belum memiliki pengalaman bermain di industri penerbangan dan sebelumnya berprofesi sebagai investor pasar modal. Perusahaan ini didanai melalui 30% dana pribadi para pendiri, 50% berasal dari dana investasi pihak lain, dan 20% berasal dari pendanaan Bank. Perusahaan telah beroperasi sejak Desember 2013 dengan jumlah pegawai sebanyak 450 orang." (ini hanya contoh)

Bagian ini menjelaskan kondisi bisnis beserta struktur korporasi. Idealnya, studi kelayakan organisasi harus memiliki:
  • Deskripsi dari struktur bisnis (yang memiliki bisnis)
  • Deskripsi dari struktur organisasi (yang menjalankan bisnis)
  • Prinsip-prinsip yang dianut bisnis
  • Informasi tentang keterampilan para personel di dalam organisasi

Studi Kelayakan Teknis

"Gatot kaca airlines memiliki 75 pesawat berusia 5 tahun, dengan garansi perawatan dari produsen pesawat selama 10 tahun. Selain itu, bisnis ini juga terdiri dari 73 tenaga ahli yang telah berpengalaman lebih dari 20 tahun untuk mengatasi hal teknis terkait permasalahan pesawat, pelayanan pelanggan, dan navigasi di udara. Sistem teknologi gatot kaca airlines merupakan versi terbaik berdasarkan survei jurnal tertentu (cantumkan nama jurnalnya) untuk industri pesawat di tahun 2012." (Ini hanya contoh)

Studi kelayakan teknis akan menjelaskan detail tentang bagaimana bisnis dapat memberikan produk atau layanan yang dijanjikan. Detail tersebut meliputi material, tenaga kerja, transportasi, lokasi bisnis, teknologi yang dibutuhkan, dll. Ada baiknya bagian ini ditulis dengan memberi referensi perangkat canggih yang digunakan untuk mengatasi masalah dan rencana jangka panjang. Jika anda menemui pembaca yang cenderung terstruktur, membuat flow chart dari bisnis anda berproduksi hingga sampai ke pelanggan akan membantu memudahkan mereka memahami proses bisnis.

Studi Kelayakan Finansial

"Bisnis Gatot Kaca Airlines membutuhkan modal awal sebesar Rp. 30 trilyun rupiah. Modal ini diperoleh melalui dana sebesar 80% dari investor dan 20% dari pinjaman lembaga finansial. Modal ini akan digunakan untuk membeli pesawat, melengkapi infrastruktur, merekrut pegawai, melakukan pemasaran, dan mengurus perizinan. Dengan proyeksi keuangan yang telah ditargetkan, bisnis ini diperkirakan mengalami payback period setelah 6 tahun dengan tingkat IRR sebesar 12%." (Ini hanya contoh)

Studi kelayakan finansial dibuat untuk memberi pandangan kepada pembaca seberapa menguntungkan bisnis ini. Akan lebih baik jika anda menganalisis kondisi finansial secara menyeluruh agar mengetahui seberapa baik kesehatan finansial dari bisnis. Namun, ada kondisi dimana feasibility study dibuat untuk menarik investor. Setidaknya, sebuah feasibility study yang dapat dijadikan acuan untuk bagian finansial memiliki tiga hal berikut:
  • Kebutuhan modal awal.
  • Sumber modal awal.
  • Potensi imbal hasil bagi investor (dapat parameter seperti: ROI, ROE, ROA, NPV, IRR, dll).

Studi Kelayakan Hukum

Bagian ini bisa jadi bersifat opsional. Ada beberapa pihak yang meminta adanya kajian hukum. Bagian ini dapat diisi dengan menampilkan peraturan hukum yang terkait dan seperti apa kelayakan bisnis atau projek untuk memenuhi peraturan tersebut.

Kesimpulan Studi Kelayakan

"Dari hasil studi kelayanan yang dilakukan, bisnis memenuhi 320 dari total 398 parameter yang dianalisis. Bagian yang harus diatasi gatot kaca airlines berada kelayakan pasar (43 dari 188 parameter), dan kelayakan operasional (12 dari 121 parameter). Menurut sistem penilaian yang kami gunakan, bisnis layak untuk dilakukan. Tentunya beberapa asumsi harus diperbaiki dan perusahaan harus bekerja lebih baik agar dapat bertahan, membukukan keuntungan, dan mencapai tujuan jangka panjang yang telah ditetapkan." (Ini hanya contoh)

Kesimpulan harus berlandaskan fakta yang tervalidasi agar membuat pembaca yakin dan mengerti. Data dan fakta dari riset, artikel, jurnal, dan opini para ahli merupakan bagian penting yang menjadi rujukan pada pembuatan bagian ini. Para pembaca harus paham dengan berbagai analisis yang anda sampaikan dan tidak menimbulkan bias.

Lampiran, Appendiks, Dan Sejenisnya

Jangan lupa untuk cantumkan lampiran seperti cuplikan artikel beserta URL-nya (jika anda mengambil data dari internet), sampel data yang dilakukan saat riset pasar (jika anda melakukan riset secara mandiri), atau dokumen seperti scan sertifikat, foto, gambar, tabel, diagram, rumus, prototype, dll. Bagian ini akan menjadi rujukan saat pembaca mencerna analisis atau pandangan yang disampaikan pada feasibility study.


Feasibility study merupakan salah satu bagian penting dalam analisis bisnis atau projek anda, apalagi bagi bisnis atau projek dengan skala yang besar. Pembuatan laporan feasibility study yang akurat dan objektif akan membantu bisnis memahami sekaligus mendapatkan insight bagi bisnis sekaligus memahami masalah yang dihadapi bisnis. Selamat membuat feasibility study.

Monday, February 24, 2014

Feasibility Study, Format Penulisan (Bagian II)

Ini adalah artikel lanjutan dari "Feasibility Study, Pelajari Seberapa Realistis Suatu Bisnis atau Projek (Bagian I)" yang saya bahas sebelumnya. Dari artikel itu, kita memahami apa yang dimaksud dengan feasibility study dan apa saja hal yang dianalisis di dalam feasibility study. Kali ini, saya akan memberi gambaran format dari feasibility study. Format ini menjadi acuan saya pada contoh sederhana feasibility study yang disampaikan pada artikel berikutnya.

Format Penulisan

Feasibility study akan membantu kita memahami:
  • Seberapa mungkin konsep bisnis atau produk kita akan terwujud.
  • Fakta penting dan gambaran yang akan membantu pengambilan keputusan.
  • Pendekatan alternatif dan solusi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah yang ditemukan dari hasil analisis.
Pembuatan feasibility study yang tepat akan membuat perusahaan mampu mengetahui celah dan kelemahan yang terdapat pada projek atau bisnis sekaligus berusaha mencari cara dan skenario yang akan dihadapi. Oleh karena itu, proses pembuatan feasibility study harus meliputi seluruh area dari projek atau bisnis sekaligus memuat data, fakta, dan solusi yang kongkrit serta dipahami oleh seluruh pembaca.

Berikut adalah bagian apa saja yang biasanya tercantum pada feasibility study. Perlu diperhatikan bahwa format feasibility study yang ada ini tidak sepenuhnya harus sama dengan yang saya cantumkan di bawah. Beberapa lembaga umumnya memiliki format sendiri untuk diikuti. Selain itu, setiap bagian dari TELOS (saya jelaskan di artikel sebelumnya), juga tidak harus dipecah menjadi satu bab yang membahas secara menyeluruh. TELOS dapat dicantumkan ke dalam bagian yang ada di format ini, jika isinya terlalu singkat. Jika isinya cukup panjang, ada baiknya disampaikan dalam satu bab yang lengkap.  Format penulisan yang umumnya terdapat pada feasibility study adalah sebagai berikut.
  1. Executive Summary
    Bagian ini mencantumkan penjelasan yang singkat dan padat tentang poin utama yang terdapat pada rencana projek atau bisnis anda. Idealnya ditulis kurang dari satu halaman. Dua halaman atau lebih untuk executive summary itu kebanyakan.
  2. Produk/Layanan/Projek
    Menjelaskan manfaat apa yang tersedia dari bisnis atau projek yang anda ingin wujudkan berdasarkan sudut pandang dari pengguna. Jelaskan deskripsi sederhana tentang apa yang anda lakukan dan cantumkan berbagai dokumen yang mendukung seperti paten, rahasia dagang, atau informasi lainnya yang dapat meyakinkan pembaca.
  3. Kondisi Pasar
    Penjelasan tentang seberapa banyak orang yang menggunakan produk/layanan/projek yang anda lakukan. Rencana yang dicantumkan harus dilengkapi data, fakta, dan penelitian. Jelaskan secara rinci siapa target pengguna, berapa persen dari pangsa pasar yang ada, dan adakah kondisi tertentu yang mempengaruhi reaksi target pengguna anda terhadap produk/layanan/projek yang anda tawarkan.
  4. Harga, Keuntungan, dan Dampak Finansial
    Bagian ini menjelaskan tentang berapa biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan projek, atau harga yang harus dibayar pengguna terhadap produk/layanan anda. Akan lebih baik lagi jika dilengkapi dengan berbagai rasio keuangan seperti cost/benefit, ROI, interest rate, gross profit margin, dll. Lengkapi juga dengan berbagai analisis serta skenario yang harus dihadapi oleh produk/bisnis/projek.
  5. Rencana Ke Depan
    Apakah ide ini berpotensi untuk berkembang di masa depan? Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mewujudkannya? Dan berbagai hal lainnya perlu dijawab dan dicantumkan pada bagian ini.
Secara umum, feasibility study mirip dengan business plan. Hanya saja, business plan berorientasi rencana atau solusi. Feasibility study harus bersifat objektif dan dikaji secara menyeluruh, sementara business plan dapat masih berupa rencana atau ide yang ingin diwujudkan. Pembuatan feasibility study yang baik tentu akan membantu pembuatan business plan di masa berikutnya melalui data dan analisis lengkap yang telah tersedia di dalamnya.

Agar artikel ini tidak kepanjangan, saya akan membahas tentang contoh sederhana dari feasibility study di artikel berikutnya. Sebagai gambaran umum seperti apa bentuk dari feasibility study, anda dapat menggunakan format yang telah saya jelaskan. Bagian berikutnya murni menjelaskan bentuk penulisan feasibility study untuk digunakan pada bisnis.

Feasibility Study, Pelajari Seberapa Realistis Suatu Bisnis atau Projek (Bagian I)

Feasibility study adalah sebuah studi awal terhadap projek baru termasuk biaya, resiko, dan lain sebagainya. Studi ini dilakukan untuk menentukan apakah projek akan sukses dan praktis untuk diterapkan. Feasibility study menjabarkan tentang kekuatan dan kelemahan dari bisnis atau produk yang saat ini dijalankan, lalu peluang dan ancaman dari lingkungan, sumber daya yang dibutuhkan untuk mewujudkan bisnis atau projek, dan prospek sukses yang ingin dicapai.

Feasibility study yang dirancang dengan baik harus mencantumkan latar belakang sejarah dari bisnis atau projek, deskripsi dari produk atau layanan, laporan akuntansi, detail dari operasi dan manajemen, riset dan kebijakan pemasaran, data finansial, persyaratan hukum, dan kewajiban pajak. Secara umum, feasibility study lebih memprioritaskan pengembangan teknis dan penerapan projek.

Feasibility study mengevaluasi potensi sukses dari suatu projek. Tujuan dari studi ini adalah menghasilkan studi yang kredibel bagi para investor yang potensial dan institusi yang meminjamkan modal. Oleh karena itu, studi ini harus dilakukan secara objektif, tidak melibatkan bias dalam menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan.

Faktor TELOS pada Feasibility Study

Bagaimana cara menyusun feasibility study? Terdapat framework yang biasa digunakan dalam menyusun feasibility study, salah satunya adalah TELOS. TELOS adalah singkatan dari:
  • Technology and System Feasibility
  • Economic Feasibility
  • Legal Feasibility
  • Operational Feasibility
  • Schedule Feasibility

1. Technology and System Feasibility

Kajian yang dilakukan berdasarkan rancangan dari requirement sistem untuk bisnis atau projek yang akan dilakukan. Kajian ini dilakukan untuk menentukan apakah pihak yang menjalankan bisnis atau projek adalah pihak yang memiliki keahlian teknis untuk menyelesaikan projek.

2. Economic Feasibility

Kajian dengan tujuan menentukan manfaat positif di bidang ekonomi kepada organisasi yang akan menjalankan bisnis atau projek. Kajian ini terkait identifikasi dan kuantifikasi terhadap berbagai manfaat yang diharapkan. Kajian ini biasanya terkait dengan analisis cost/benefit.

3. Legal Feasibility

Kajian yang dilakukan pada rencana bisnis atau projek berdasarkan requirement hukum dan aturan yang berlaku. Misalnya jika anda ditawarkan bisnis website, kajilah apakah bisnis website tersebut telah mematuhi aturan yang ditetapkan oleh kemkominfo dan berbagai undang-undang terkait?

4. Operational Feasibility

Kajian yang dilakukan untuk mengukur seberapa baik sistem yang terdapat pada bisnis atau projek dalam menyelesaikan masalah, dan mengambil keuntungan dari peluang yang teridentifikasi. Kajian ini juga mencakup seberapa baik sistem operasional yang ada memenuhi persyaratan bagi bisnis saat melalui fase pengembangan berikutnya.

5. Schedule Feasibility

Kajian terhadap berapa lama projek atau bisnis dapat diselesaikan berdasarkan perkiraan. Biasanya, kajian ini berisikan perkiraan tentang waktu pengembangan bisnis, apakah bisa diselesaikan dalam waktu yang ditentukan, dan apa saja yang dapat mengganggu pelaksanaan projek atau bisnis ini. Hasil dari kajian dapat disimpulkan untuk menentukan apakah deadline projek atau bisnis ini sangat reasonable.

Begitulah segala sesuatu terkait dengan feasibility study. Pada bagian ke II, saya akan membahas feasibility study berdasarkan kegunaannya dan seperti apa format penulisan yang tepat bagi laporan feasibility study.

Sunday, February 23, 2014

Studi Kasus: Diversifikasi dan Exit Strategi dari Disdus.com (Part II)

Kali ini saya melanjutkan artikel sebelumnya tentang studi kasus disdus.com. Di artikel sebelumnya, saya telah menganalisis diversifikasi dari perusahaan internet daily deals ini. Kini kita akan masuk ke bagian exit strategy. Dari penjelasan sebelumnya tentang exit strategy, ini adalah sebuah istilah untuk rencana perusahaan melepas investasi untuk membuat laba, atau mendorong pemilik bisnis mengurangi dan bahkan menghilangkan kepemilikan.

Dari penjelasan ini, exit strategy yang dilakukan disdus.com berarti keputusan yang mereka ambil untuk membuat perusahaan menghasilkan laba atau keluar dari bisnis yang sedang dijalankan. Saya yakin sebelum memulai bisnis, pendiri bisnis ini telah mengalokasikan investasi, entah dalam bentuk modal atau aset lainnya. Namun exit strategy disini bukanlah hal seperti itu. Exit strategy yang dimaksud merupakan keputusan yang dipilih oleh pemilik bisnis untuk mendapatkan dana atau keluar dari disdus.com.

Exit Strategy

Disdus.com adalah situs Indonesia yang bergerak di bidang daily deals. Perusahaan ini telah berdiri sejak Agustus 2010 dan telah bekerja sama dengan sejumlah brand terkemuka di Indonesia. Perkembangan disdus berpusat pada daerah Jakarta dan Bandung, kemudian semakin meluas di kota-kota besar lainnya di Indonesia. Disdus awalnya didanai oleh East Venture, sebuah perusahaan investasi patungan dari berbagai investor di Asia.

Perkembangan disdus di Indonesia ternyata menarik minat situs daily deals terbesar di dunia, Groupon, untuk mengakuisisi perusahaan ini. Dan di tahun 2011, Groupon resmi mengakuisisi disdus karena melihat perannya sebagai pemimpin pasar di Indonesia dalam jenis bisnis pembelian kolektif ini.

Lalu exit strategy apa yang dilakukan Disdus?
Akuisisi

Sebenarnya exit strategy apa yang bisa dilakukan Disdus?
Dari penjelasan exit strategy sebelumnya, ada lima pilihan exit strategy yang lazim saya temui yaitu: "Mencoba bertahan", likuidasi, menyerahkan bisnis, akuisisi, dan Initial Public Offering (IPO). Setiap pilihan memiliki keuntungan dan kerugian. Saya akan menganalisis setiap pilihan exit strategy dari alternatif strategi yang ada.

Disdus tidak bisa melakukan likuidasi. Perusahaan yang baru berdiri ini sedang mengalami pertumbuhan menuju penguasa pasar daily deals Indonesia. Likuidasi disdus bukanlah hal yang tepat, apalagi melihat potensi daily deals yang sangat menjanjikan dengan pasar yang terus bertumbuh. Disdus bisa saja menyerahkan bisnis ke pihak yang tepat, tapi para pendirinya baru sekitar 1 tahun-an menjalankan bisnis. Rasanya aneh, jika tanpa kejadian mendesak, pemilik bisnis menyerahkan bisnis yang baru didirikannya yang sedang mengalami peningkatan.

Disdus bisa memilih "mencoba bertahan", akuisisi, dan IPO. Di tahun itu, IPO bukanlah pilihan yang tepat. Disdus belum memenuhi persyaratan dari BEI dimana baru beroperasi kurang dari satu tahun. Perusahaan ini baru berdiri medio Agustus 2010 dan diakuisisi pada April 2011. Ada lagi persyaratan lainnya yang bisa dicek pada situs BEI.

Pilihan yang tersisa adalah "mencoba bertahan" dan akuisisi. Saya pikir keduanya merupakan pilihan yang sejalan. Kalau tidak ada yang mengakuisisi, ya lanjutkan saja. Dengan adanya tawaran akuisisi dari Groupon, sebuah perusahaan ternama yang menjadi pemimpin pasar, saya rasa keputusan akuisisi adalah salah satu pilihan terbaik. Belum ada informasi lengkap tentang berapa nilai akuisisi dari perusahaan ini, tapi saya yakin sangat menjanjikan hingga membuat para pemilik bisnis dan investor rela melepas saham mereka. East Venture, investor awal dari Disdus, bahkan memutuskan keluar dari perusahaan ini. Meskipun belum diketahui apakah ini karena dana return yang diperoleh menjanjikan, melihat prospek yang lebih menjanjikan di bisnis lainnya, atau kemungkinan lainnya (misalnya syarat dari akuisisi, atau menghindari konflik kepentingan).

Jika anda berpikir untuk memilih akuisisi sebagai jalan keluar dari bisnis yang anda bangun, disdus.com merupakan sampel yang tepat untuk dipelajari. Selamat membangun bisnis.

Saturday, February 22, 2014

Studi Kasus: Diversifikasi dan Exit Strategi dari Disdus.com (Part I)

Disdus.com adalah website daily deals yang menawarkan kupon diskon yang berasal dari gerai-gerai terdekat. Perusahaan ini kini telah diakuisisi Groupon.com. Sebuah group website daily deals terbesar di dunia yang juga merupakan salah satu pionir dari jenis layanan daily deals secara online.

Disdus adalah pemimpin pasar daily deals di Indonesia. Perusahaan ini didirikan oleh duo Jason Lamuda dan Ferry Tenka. Menurut mereka, ini buka hanya sekedar website portal informasi diskon. Disdus adalah solusi terbaik untuk mempromosikan diskon ke berbagai pengguna internet. Ide website ini memang terinspirasi dari perusahaan yang akhirnya mengakuisisi mereka, Groupon. Groupon sendiri sempat menjadi booming di Amerika Serikat dan sekarang telah digunakan banyak pengguna internet di Amerika Serikat untuk mendapatkan atau menawarkan diskon.

Jason melihat betapa orang Indonesia sangat tertarik dengan diskon. Dengan menggunakan internet, ia yakin bahwa orang Indonesia akan semakin tertarik untuk mengejar diskon, apalagi dari merek-merek yang telah mereka kenal. Ini juga dapat menjadi media yang bagus bagi usaha startup untuk memperkenalkan produk mereka sekaligus mengundang pengguna disdus untuk berkunjung serta membeli produk yang ditawarkan. Lalu bagaimana penerapan diversifikasi dan exit strategi untuk disdus.com?

Diversifikasi

Dari penjelasan diversifikasi di artikel sebelumnya, strategi ini merupakan pilihan yang tepat untuk memasuki pasar yang baru dan/atau dengan produk yang baru. Strategi ini merupakan bagian dari growth strategy setelah dianalisis dari analisis SWOT. Apakah disdus.com tepat untuk melakukan diversifikasi?

Jawaban saya ya. Dengan analisis sederhana (ini sederhana, harap maklum. Jangan terlalu dibahas). Kita dapat melihat seberapa besar peluang pasar yang tersedia untuk segmen ini. Penetrasi yang masih rendah, didukung internet yang terus merambah ke berbagai daerah dengan kecepatan yang semakin tinggi, dan bertumbuhnya iklim wirausaha di Indonesia menurut saya jauh lebih menarik dibanding ancaman yang ada di bidang ini seperti pesaing, teknologi, dan aturan hukum.

Dari analisis internal, menurut saya para pendiri disdus jelas merupakan orang-orang yang berpengalaman dan mengerti bidang IT dan distribusi. Mengapa distribusi? Bisnis ini sebenarnya justru harus lebih kuat pada operasional offline dibanding online. Banyak yang bisa bikin website sebagus dan secanggih disdus, tapi tentu bukan hal yang mudah untuk mendekati seluruh merchant dengan jangkauan seluas dan sebanyak disdus. Jadi tidak ada alasan, mereka harus memilih growth strategy.

Permasalahannya, ada dua bentuk growth strategy. Pertumbuhan terkonsentrasi, dan diversifikasi. Mengapa disdus lebih baik memilih diversifikasi? Karena jenis bisnis ini adalah hal yang baru dengan target market yang baru "pengguna internet yang menyukai promo-promo terbaru". Kita belum bisa menilai setinggi apa tingkat kebutuhan permintaan dari segmen pasar ini sehnigga diversifikasi adalah pilihan yang tepat

Upaya diversifikasi apa saja yang telah dilakukan disdus?

  1. Menawarkan promo travel.
  2. Menawarkan privilege.
  3. Proaktif mengajak pengunjung untuk menjadi partner bisnis disdus.

Exit Strategy

Exit strategy adalah rencana para pemilik/pendiri bisnis untuk keluar dari bisnis yang sedang mereka jalankan. Untuk studi kasus disdus ini, strategi apa yang mereka pilih dan seberapa baik dampak dari strategi ini bagi mereka? Penjelasan untuk bagian ini akan saya jelaskan di bagian studi kasus disdus part II.

Friday, February 21, 2014

Exit Strategy, Kondisi Apa yang Akan Membuat Anda Meninggalkan Bisnis

Exit strategy merupakan rencana perusahaan melepas investasi untuk membuat laba, atau mendorong pemilik bisnis mengurangi dan bahkan menghilangkan kepemilikan. Exit strategy dirancang agar pendiri bisnis memiliki jalan agar dapat keluar dari bisnis yang ia dirikan atau meningkatkan laba bisnisnya, entah karena alasan apapun. Exit strategy biasanya dilakukan dalam penawaran investasi, seperti saham. Bentuk penawaran dapat berupa menjual saham ke pihak lain (sebagian atau sepenuhnya), membawa perusahaan go public, mewariskan bisnis ke anggota keluarga, dll.

Kadang kita tidak pernah tahu apa yang akan dialami ketika menjalani bisnis. Kita juga tak mungkin terus menerus mengurus bisnis. Exit strategy merupakan cara yang dirancang untuk mengatasi hal ini. Jika hal ini telah dirasakan penting bagi anda saat menjalankan, atau bahkan memulai bisnis, berikut lima bentuk exit strategy yang dapat dan telah dilakukan oleh banyak pengusaha.

1. Mencoba Bertahan

Ini bukan istilah galau. Ini adalah strategi dimana pemilik bisnis memilih untuk bertahan seumur hidup di bisnisnya. Apapun yang terjadi. Hidup bersama bisnis adalah tujuan dari pemilik bisnis seperti ini. Memilih strategi ini membuat pemilik bisnis tak perlu memikirkan urusan korporasi apapun selain membuat bisnisnya berkembang dan menguntungkan. Hidup saya bisnis saya, mungkin seperti itu moto atau logo yang mencerminkan cara pandang kehidupan bisnis mereka.

Mencoba bertahan bukan berarti pilihan yang buruk. Banyak juga orang yang memilih strategi seperti ini, entah karena memang sangat menyukai bisnis yang ia kembangkan, menjaga idealisme, atau mungkin memang tidak menemukan pembeli yang tertarik dengan bisnisnya.

Keuntungan "Mencoba Bertahan"

  1. Masa depan anda bergantung pada bisnis anda.
  2. Kendali keuangan sepenuhnya di tangan anda.
  3. Tak perlu pusing mencari cara untuk keluar dari bisnis.

Kerugian "Mencoba Bertahan"

  1. Lebih rentan terhadap ancaman jangka panjang.
  2. Ancaman likuidasi (jika kekurangan dana).
  3. Lebih rentan digoncang bencana finansial dan mental. Partner yang berasal dari luar kadang dapat memberi saran atau bantuan untuk mengatasi hal seperti ini.

2. Likuidasi

Cara yang tidak kalah sederhana dengan cara pertama: likuidasi. Jika pemilik bisnis merasa bisnis ini harus ditutup, ya tutup saja. Meski kelihatannya sepele, cara ini banyak dipilih oleh pemilik bisnis. Anda cukup menggadaikan aset dan mengamankan kas yang ada di dalam bisnis dan tutup bisnisnya. Jika anda berhutang, perhatikan dulu urusan pelunasan terkait hutan karena berpotensi menimbulkan sengketa dikemudian hari.

Keuntungan Likuidasi

  1. Mudah dan sangat wajar. Sesuatu yang telah dimulai, tentu harus diakhiri.
  2. Tidak perlu banyak negosiasi. Paling cukup ke karyawan dan pihak-pihak terkait finansial (seperti debitor) dan hukum.
  3. Tak perlu khawatir dengan urusan pergantian kendali bisnis

Kerugian Likuidasi

  1. Jadi setelah berbagai kenangan yang anda nikmati dari bisnis, bisnis ini harus ditutup?
  2. Pikirkan bagaimana reaksi klien, reputasi anda, dan hubungan bisnis anda yang akan terpengaruh karena bisnis anda yang tiba-tiba hilang. Hal-hal seperti ini kadang sangat berharga.
  3. Para pemegang saham bisa saja akan menjadi sangat kecewa.

3. Menyerahkan Bisnis ke Pihak yang Tepat

Jika anda menonton film "Charlie and The Chocolate Factory" tentu anda tahu bahwa Willy Wonka yang menyerahkan bisnisnya kepada anak yang jadi konsumen loyalnya. Atau di film "Forest Gump" dimana Forest Gump meninggalkan bisnis dengan menyerahkan kepada sahabatnya. Dan dari kedua film ini, jelas sekali terlihat betapa pentingnya menyerahkan bisnis kepada orang yang tepat. Tak harus dari dalam, bisa juga dari luar bisnis anda.

Keuntungan Menyerahkan Bisnis

  1. Anda percaya mereka. Setidaknya itu dulu yang paling penting.
  2. Jika penilaian anda tepat, orang ini setidaknya peduli dengan bisnis yang anda dirikan.
  3. Menjadi kenangan yang baik, bagi anda dan orang pilihan anda.

Kelemahan Menyerahkan Bisnis

  1. Beresiko. Percaya saja kadang tidak cukup.
  2. Menyerahkan bisnis kepada sahabat berpotensi merusak hubungan pertemanan karena urusan bisnis.
  3. Menyerahkan bisnis kepada anggota keluarga juga berpotensi menimbulkan kecemburuan, entah dari anggota keluarga lain atau dari internal perusahaan.

4. Akuisisi

Akuisisi adalah menjual saham kepemilikan pemilik bisnis kepada pihak lain. Cara ini adalah salah satu cara yang paling lazim dipilih sebagai exit strategy. Akuisisi terjadi karena pihak atau perusahaan lain tertarik untuk membeli bisnis yang didirikan. Untuk menjual bisnis dengan tepat, negosiasi adalah hal yang paling penting. Jika anda berharga miliaran, bahkan triliunan rupiah, perjuangkan agar anda mendapatkan harga terbaik. Pihak lain seringkali tidak ragu untuk menekan anda menjual dengan harga yang sangat murah.

Meskipun biasanya digunakan sebagai exit strategy, tidak semua akuisisi yang berjalan mulus. Perbedaan budaya korporat yang tidak cocok dari pemilik bisnis baru berpotensi membuat lingkungan kerja memburuk. Jika anda ingin menerapkan akuisisi sebagai exit strategy, pastikan bisnis anda dapat menarik pembeli dan pastikan juga pembeli merupakan pihak yang tepat dengan budaya korporat yang sesuai bagi perusahaan.

Keuntungan Akuisisi

  1. Berpeluang membuat pemilik bisnis melepas bisnis dengan harga terbaik.
  2. Jika dijual kepada pihak yang tepat, bisnis dapat tetap berkembang dan membuat pemilik bisnis tak perlu khawatir.

Kerugian Akuisisi

  1. Proses administrasi cukup rumit.
  2. Sering memperburuk performa perusahaan jika pembeli bisnis memiliki budaya korporat yang berbeda.
  3. Beberapa pembeli bisnis cenderung bersikap otoriter dan langsung mematikan bisnis yang anda jual jika bisnis tersebut tidak menguntungkan.

5. Initial Public Offering (IPO)

IPO adalah pilihan yang paling seksi, paling mengkilap, dan paling disorot oleh pers. Jika sebuah perusahaan IPO, perusahaan tersebut akan dipantau oleh publik. Ini membuat penyimpangan yang dilakukan oleh perusahaan dapat langsung berpengaruh pada reaksi publik dalam menilai saham. Tapi IPO juga bukan tanpa resiko.

Pemilik bisnis telah menghabiskan waktu, uang, dan tenaga untuk membangun bisnis hingga berkembang dan menghasilkan keuntungan. Tapi publik kadang tidak melihat seperti itu. Seringkali terjadi kasus dimana perusahaan justru tidak sebaik sebelumnya setelah melakukan IPO. Ada terlalu banyak pihak yang terlibat dalam kepemilikan bisnis. Seringkali shareholder tidak memiliki pandangan yang sama terhadap strategi yang ingin diterapkan bisnis anda. Sangat penting untuk memiliki dewan direksi yang tepat yang memiliki visi yang sama bagi kemajuan jangka panjang perusahaan anda.

Keuntungan IPO

  1. Anda akan menjadi halaman depan di berbagai media massa.
  2. Harga saham anda berpotensi meningkat puluhan hingga ratusan kali lipat dari saat ini.
  3. Para venture capital akan berhenti mengganggu anda dan mencampuri urusan bisnis anda (jika anda didanai venture capital yang banyak maunya).

Kerugian IPO

  1. Proses IPO rumit dan lama. Bisa-bisa proses anda hanya berurusan dengan IPO dan kurang melihat perkembangan bisnis anda.
  2. Anda harus membenahi bisnis anda hingga sesuai standard yang diinginkan publik.
  3. Pencatatan akuntansi harus dibenahi (biasanya entrepreneur banyak yang tidak melakukan pencatatan akuntansi dengan baik).
  4. Perusahaan anda harus menghasilkan pendapatan puluhan hingga ratusan miliar untuk dapat melakukan IPO.

Thursday, February 20, 2014

Diversifikasi, Strategi Bisnis dengan Produk dan Pasar yang Baru

Diversifikasi adalah bagian dari strategi korporat untuk meningkatkan volume penjualan melalui produk baru dan pasar baru. Diversifikasi dapat menjadi cara untuk memperluas bisnis dengan masuk ke segmen baru dari industri bisnis yang ada, atau berinvestasi pada bisnis yang menjanjikan yang berasal dari luar area bisnis yang telah dimasuki oleh perusahaan.

Diversifikasi merupakan bagian dari Ansoff Matrix. Matriks ini digunakan untuk menganalisis strategi mana yang tepat yang mesti diambil perusahaan melihat dari kondisi internal dan eksternal saat ini dan ke depannya. Berikut gambar dari ansoff matrix.


Mengapa melakukan diversifikasi? Ketika ukuran semakin membesar, perusahaan seringkali menemukan peluang untuk menambah produk, layanan, lokasi, pelanggan, dan pasar. Melakukan diversifikasi dapat membantu bisnis perusahaan menjadi lebih menguntungkan, atau bertahan di masa depan. Kebanyakan perusahaan yang bertahan lama menggunakan cara ini untuk menambah sumber pendapatan sekaligus memanfaatkan perubahan dan peluang yang ada.

Lalu bagaimana menganalisis bahwa perusahaan butuh diversifikasi? Artikel dari BGLC Online ini menjelaskan dengan lengkap seperti apa caranya. Untuk mengetahui apakah perusahaan butuh diversifikasi, diperlukan analisis internal dan eksternal terlebih dahulu agar memetakan seperti apa kondisi dan prospek perusahaan di masa depan. Dengan memberi bobot pada setiap faktor, mengurutkannya menjadi analisis SWOT, dan menjumlah setiap bobot yang telah diberikan, perusahaan akan memahami strategi apa yang tepat untuk diambil dalam menghadapi situasi bisnis yang sedang terjadi.

Diversifikasi sendiri adalah bagian dari opsi growth strategy, opsi yang dapat diambil perusahaan karena harus bertumbuh setelah dianalisis. Selain diversifikasi, ada juga opsi lainnya untuk growth yaitu concentration. Tapi opsi ini tidak akan kita bahas.

Pilihan apa saja yang tersedia pada diversifikasi? Secara umum, diversifikasi terdiri dari 3 jenis strategi. Setiap jenis memiliki karakteristik berbeda dan perusahaan sebaiknya mengambil jenis strategi yang tepat agar membuat bertahan lama di kemudian hari. Berikut 3 jenis strategi yang ada pada diversifikasi.

1. Diversifikasi Concentric

Ini adalah diversifikasi yang dilakukan karena kemiripan teknologi yang digunakan antar industri. Penggunaan diversifikasi ini dilakukan perusahaan untuk memanfaatkan kemampuan teknikal yang dimiliki, atau resources yang telah tersedia agar dapat memberikan keuntungan. Model ini dapat meningkatkan pangsa pasar sehingga membantu perusahaan meraih laba yang besar

Misalnya anda pemilik adalah pemilik perkebunan gula. Produksi gula anda tidak terserap sepenuhnya untuk para distributor, atau harga yang diberikan distributor ternyata tidak sesuai dengan yang anda harapkan. Perusahaan anda dapat melakukan diversifikasi dengan menjual produk gula eceran untuk menjual sisa gula yang telah anda produksi.

2. Diversifikasi Horizontal

Bentuk dari diversifikasi ini adalah menjual produk atau layanan baru dengan teknis atau sumber daya yang tidak terkait sama sekali dengan yang anda jual namun menyasar pada target pasar yang tertentu. Ini membuat perusahaan dapat menyediakan one stop solution bagi konsumen dalam jenis barang atau jasa yang mereka sediakan.

Misalnya anda adalah penyedia koneksi internet. Konsumen atau target pasar anda ternyata langsung juga suka berbelanja secara online. Anda bisa melakukan diversifikasi dengan membuat situs e-commerce atau menyediakan portal informasi lengkap e-commerce yang dapat memudahkan target pasar berbelanja online dengan koneksi internet yang anda sediakan.

3. Diversifikasi Konglomerat, Atau Diversifikasi Lateral

Perusahaan memasarkan produk atau layanan baru yang sama sekali tidak terkait dengan produk dan layanan yang mereka sediakan. Mengapa perusahaan tertarik melakukan ini? Karena bisnis ini dapat menarik target pasar yang baru. Biasanya, perusahaan yang baru didirikan karena strategi ini hanya memiliki sedikit keterkaitan dengan bisnis yang saat ini dijalankan oleh perusahaan induk.

Lalu mengapa perusahaan tertentu menerapkan strategi ini? Karena strategi ini dapat meningkatkan laba, memberi fleksibilitas bagi perusahaan, dan membuat pasar memahami karakter pasar yang baru ini. Sangat ini sangat beresiko, tapi jika berhasil akan menghasilkan laba yang besar dan target pasar yang potensial.

Misalnya anda adalah perusahaan real estate. Karena tumbuhnya internet di lingkungan sekitar, anda kemudian memutuskan untuk berbisnis menjadi penyedia akses internet. Ini adalah bentuk diversifikasi konglomerat karena real estate dan internet kurang terkait satu sama lain. Namun jika anda berhasil mengembangkan perusahaan ini, maka anda akan mendapatkan sumber laba yang baru dan (mungkin) besar. Dan bisa saja anda berinovasi, misalnya dengan menyediakan fasilitas tambahan seperti menyediakan akses internet di real estate milik anda, atau menjual layanan real estate melalui jaringan akses internet milik anda.


Kesimpulannya adalah, jangan asal diversifikasi. Pelajari dulu kondisi dan prospek perusahaan anda. Lalu analisis, apakah tepat bagi perusahaan untuk melakukan diversifikasi? Setelah itu, barulah tentukan diversifikasi seperti apa yang paling cocok bagi perusahaan anda. Sayangnya, banyak sekali perusahaan yang baru berdiri dan sedang tumbuh, langsung hajar sana-sini dalam melakukan diversifikasi. Berpikir out of the box itu bagus, tapi berpikir fill in the box jelas dapat jadi menguntungkan.

Review: Penerapan ABC di Coca Cola

Sebelumnya saya sudah menjelaskan tentang A untuk Above The Line, B untuk Below The Line, dan C untuk Co-selling. Ketiga istilah ini digunakan untuk marketing. Sementara co-selling juga digunakan untuk distribusi. Bagaimana kasus penerapannya pada perusahaan? Pada kajian kali ini, saya akan me-review coca-cola, merek minuman soda berkarbonasi dari Amerika Serikat. Saya akan menganalisis apa yang telah dilakukan coca-cola di Indonesia dalam upaya marketing above the line, below the line, dan co-selling. Semua informasi yang saya cantumkan ini dapat dilihat di web coca cola indonesia.

Coca-cola pertama kali dijual di pasar Indonesia pada tahun 1927. Produk ini dibawa oleh insinyur dari Belanda bernama de Koenig. Pada tahun 1971, perusahaan ini mulai menambah lini produk minuman soda berkarbonasi lainnya dengan merek Sprite. Coca-cola kemudian berkembang menjadi memperkenalkan berbagai varian minuman soda berkarbonasi. Pada 1992, coca-cola amatil Indonesia mulai beroperasi. Perusahaan ini merupakan perwakilan coca-cola di Indonesia yang bertindak sebagai produsen dan distributor. Kini, coca-cola tak hanya memproduksi minuman berkarbonasi, melainkan telah berkembang menjadi berbagai varian minuman ringan. Coca-cola kini telah dipasarkan dan dijual melalui lebih dari 120 pusat penjualan yang tersebar di seluruh Indonesia.

studi kasus coca-cola


Merek seperti coca-cola membutuhkan marketing yang efektif agar penjualan dapat terus bertumbuh. Perusahaan coca-cola amatil Indonesia, yang menaungi merek dari coca-cola, memiliki program marketing yang dapat menarik target pasar. Selain itu, coca-cola juga mempersiapkan saluran penjualan agar ketersediaan produk mereka dapat terjaga.  Berikut hasil review saya tentang upaya pemasaran coca-cola berdasarkan istilah above the line, below the line, dan co-selling.

Above The Line

Coca-cola adalah perusahaan yang aktif melakukan marketing above the line. Upaya marketing coca-cola memiliki ciri khas yang unik dan kreatif. Di 2012, untuk merek coca-cola saja, mereka mengeluarkan anggaran iklan hingga Rp. 199,2 miliar. Anggaran ini dikeluarkan untuk iklan di media massa (elektronik, dan cetak), publikasi melalui brosur, spanduk, dan billboard, serta publikasi melalui media internet.

Publikasi media internet coca-cola adalah salah satu yang teraktif yang dilakukan oleh merek dari Amerika Serikat ini. Halaman facebook mereka telah mendapatkan lebih dari 70 juta like. Kemudian akun twitter coca-cola juga telah diikuti lebih dari 90 ribu follower (untuk Indonesia, @cocacola_id).

Melakukan pemasaran above the line sangatlah penting bagi produk sejenis coca-cola. Produk ini memiliki entry barrier yang lemah alias tidak sulit untuk dimasuki oleh pesaing. Oleh karena itu, coca-cola harus membangun brand hingga dipercaya oleh target market. Kalau perlu sampai mereka menjadi brand yang menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat. Hal ini terus dilakukan coca-cola dengan membawa tema kampanye yang unik dan kreatif, sesuai dengan event dan tren yang berlangsung, serta kejutan yang kadang tidak diduga.

Below The Line

Selain melakukan promosi above the line, coca-cola juga sangat fokus untuk meningkatkan kepuasan dan loyalitas konsumen. Sejalan dengan promosi above the line yang unik dan kreatif, mereka juga banyak membuat tema-tema kampanye below the line yang sukses meningkatkan penjualan. Beberapa tema promosi below the line yang telah mereka lakukan hingga kini adalah promo penukaran tutup botol, hadiah kejutan, konser, dan pameran. Coca-cola juga cerdik memanfaatkan momen tertentu seperti sepakbola, sea games, atau yang terbaru di badminton, dengan skala nasional dan internasional. Tentu momen piala dunia menjadi ajang bagi coca-cola untuk melakukan promosi below the line.

Strategi below the line yang jelaskan ini hanyalah promosi yang tersorot di media massa. Sebenarnya coca-cola sangat gencar melakukan promosi below the line yang tidak begitu mencolok. Jika anda sering mengunjungi minimarket, coca-cola biasanya per dua bulan sering menurunkan harga minuman mereka untuk kemasan 1,5 Liter. Lalu mereka juga sering mengadakan kuis melalui jejaring sosial untuk mengajak follower mereka terlibat mengkampanyekan coca-cola.

Menurut saya, coca-cola adalah salah satu contoh perusahaan terbaik dalam melakukan promosi below the line. Tak hanya fokus pada yang kelihatan, tapi juga yang tidak terlihat. Promosi memang hal yang terpenting bagi coca-cola. Produk mereka bukanlah produk dengan nilai kompetitif yang kuat sehingga harus memiliki identitas yang dikenal baik oleh target market. Promosi below the line coca-cola, menurut saya telah berjalan dengan sangat baik.

Co-selling

Tidak hanya mengandalkan promosi, coca-cola juga memperluas jalur penjualan mereka agar siapapun bisa langsung membeli di tempat terdekat yang ada di sekitar mereka. Coca-cola memiliki saluran penjualan yang terdiri dari Food stores (supermarket dan minimarket di seluruh Indonesia), dan General Trade (toko tradisional). Melihat dari bentuk penjualan co-selling yang saya jelaskan sebelumnya, model ini merupakan model murni reseller dimana coca-cola murni menyerahkan sepenuhnya urusan penjualan kepada partner.

Selain memasarkan lewat reseller, mereka juga berkomitmen menciptakan peluang kerja yang luas di sektor informal. Coca-cola juga mengadakan kerjasama dengan jaringan distribusi tidak langsung (Indirect Distribution) berbasis usaha kecil dan menengah melalui model Manage Third Party (MTP). Mereka juga bekerjasama dengan berbagai hotel, restoran, dan cafe ternama untuk memberi penawaran menarik kepada para konsumen.


Coca-cola Perlu Inovasi dalam Co-Selling

Kita sudah mengetahui seperti apa above the line, below the line, dan co-selling yang dilakukan coca-cola. Secara umum semuanya telah berlangsung dengan baik. Nilai yang akan saya berikan untuk setiap a, b, dan c adalah sebagai berikut.

Above the line : 8
Anggaran hingga miliaran rupiah ini sebanding dengan brand awareness yang diperoleh coca-cola. Untuk kelemahan, menurut saya coca-cola cenderung memilih tema above the line yang disukai, bukan sangat disukai. Tapi itu bukan masalah. Upaya above the line yang dilakukan coca-cola menurut saya tergolong bagus dan efektif.
Below the line : 9,5
Apa yang dipromosikan coca-cola secara below the line sangatlah bagus. Agresif, tersebar, dan tepat sasaran. Tidak berlebihan, dan tidak hanya berfokus pada apa yang tampak dan disadari. Coca-cola melakukan below the line dengan sangat baik.
Co-selling : 7
Co-selling coca-cola masih belum optimal. Saya yakin coca-cola telah menyadari ini. Pola pemasaran mereka masih cenderung sangat Amerika yaitu lebih mengandalkan iklan dan event. Apalagi jika melihat bagaimana teh botol dari Sosro yang sukses menguasai pasar minuman ringan, padahal merek ini terlambat masuk dibanding Coca-cola. Mungkin butuh waktu untuk melihat hasil perbaikan coca-cola untuk co-selling.

Mengapa co-selling menjadi faktor yang paling saya perhatikan bagi coca-cola? Jika head to head dengan merek penguasa pasar minuman ringan, teh botol dari sosro, coca-cola mestinya punya kans yang sama untuk menjadi penguasa. Apalagi ini merek ternama dunia. Coba kita kaji satu per satu.

Above the line coca-cola dan teh botol sama baiknya. Mereka sama-sama melakukan pemasaran. Bedanya, kalo menurut saya ya, pesan yang disampaikan coca-cola fokus ke kuantitas sementara teh botol fokus ke kualitas. Coca-cola jelas lebih baik dari teh botol dalam upaya below the line. Mereka hadir di berbagai event, mulai dari acara-acara yang mendukung olahraga, musik, ajang kreatif, dan event internasional. Mereka juga gencar memberi promo potongan harga, kuis dan bonus menarik, serta menjalin komunikasi dengan pelanggan loyalnya.

Satu-satunya titik yang membedakan coca-cola dan teh botol adalah co-selling. Coca-cola memang tersedia di berbagai gerai makanan modern, tapi mereka belum se-agresif teh botol di gerai makanan tradisional. Entah ini karena coca-cola memang tidak mengincar segmen pasar ini, atau mereka mengincar pasar ini melalui lini produk yang lain (mungkin freshtea).

Ini adalah review dari saya tentang coca-cola dalam penerapan ABC dari pemasaran: above the line, below the line, dan co-selling. Saya akan lanjutkan lagi pembahasan tentang bisnis di blog kamus usaha pada artikel berikutnya. Berikutnya, kita akan masuk ke strategi bisnis pada perusahaan. Dimulai dari D: Diversifikasi.

Wednesday, February 19, 2014

Co-Selling, Menjual Barang Bersama Partner

Co-selling adalah pendekatan distribusi barang dan jasa yang mengandalkan jalur penjualan dari partner bisnis sebagai jalur utama masuk ke pasar. Co-selling umumnya dilakukan oleh value added reseller (VAR), sistem integrator, dan penyedia layanan mediasi dalam mengatasi potensi konflik saluran antara mitra dan vendor. Co-selling dapat membuat anda menangkap peluang meningkatkan penjualan dan keunggulan teknis.

Banyak perusahaan yang menggunakan model co-selling, misalnya IBM. Pada Agustus 2013 lalu, tenaga penjualan langsung untuk System and Technology Group (STG) dari IBM bekerjasama dengan partner penjualan mereka. Sebelumnya, IBM melakukan penjualan secara langsung dengan tenaga penjual mereka.

Langkah IBM ini adalah contoh penerapan co-selling yang terjadi di perusahaan skala multinasional. Perusahaan, dapat melakukan co-selling bersama perusahaan yang menyediakan barang yang sama atau menyasar pasar yang sama. Namun harus diingat. Pendekatan untuk keduanya berbeda. Jika anda menyediakan barang yang sama, pastikan partner co-selling anda menyasar pasar yang beda. Jika anda menyasar pasar yang sama, pastikan partner co-selling anda menyediakan barang yang beda. Ini untuk mencegah terjadinya kanibalisme yang membuat anda rugi.

3 Model Penjualan Yang Ada di Co-Selling

Sebelum melakukan co-selling, persiapkan dulu metode yang akan anda gunakan untuk mengelola penjualan dengan partner. Ini agar mencegah adanya konflik dan membuat anda mampu memanfaatkan peluang dari co-selling secara optimal. Berikut 3 model penjualan yang bisa dilakukan dalam melakukan co-selling.
  1. Murni Reseller
    Partner murni hanya bertugas menjual barang, seluruh sistem pembayaran, customer relationship, dan after sales services menjadi tanggung jawab perusahaan. Ini banyak digunakan oleh perusahaan gadget seperti handphone dan komputer.
  2. Hand-off co-sales
    Partner bekerjasama dengan anda dalam mendekati pelanggan. Perusahaan dan partner saling mendukung satu sama lain dalam mendekati prospek pembeli. Misalnya program diskon di minimarket dimana pembeli yang datang selalu didekati untuk membeli produk yang sedang dijual.
  3. Tag-team co-sales
    Partner dan perusahaan saling bekerjasama dalam mendekati pelanggan dan memaksimalkan hasil penjualan. Contoh dari model ini seperti kerjasama penawaran asuransi. Bank dan penyedia asuransi bekerjasama agar para nasabah tertarik membeli asuransi dan menggunakan fasilitas yang tersedia di bank.

Tips Untuk Co-selling

Co-selling memiliki keunggulan seperti mempercepat perluasan pasar, membantu meningkatkan penjualan, dan menyederhanakan struktur pengelolaan perusahaan. Namun co-selling bukan berarti pilihan terbaik. Terdapat beberapa perusahaan yang sukses meningkatkan penjualan tanpa melakukan co-selling. Selain itu, perusahaan harus memilih model yang tepat dari 3 model penjualan yang saya jelaskan diatas, tidak bisa sembarang. Bagaimana caranya melakukan co-selling yang dapat meningkatkan penjualan anda? Berikut tipsnya.
  • Jika perusahaan menjual produk atau jasa yang rumit dimana nilai penjualan memiliki margin keuntungan yang tinggi dan berpengaruh signifikan bagi perusahaan, gunakan model co-selling: tag-team co-sales.
  • Jika perusahaan menjual berbagai produk dan jasa yang tidak rumit, meski margin keuntungan tinggi, model penjualan murni reseller adalah pilihan yang tepat.
  • Jika pemasok anda menyediakan komponen material yang menjadi solusi penjualan, hand-off co-sales mesti dilakukan. Kondisi ini dikarenakan kebutuhan layanan back end yang signifikan sehingga kualitas pemasok pun harus dijaga. Artinya perusahaan melakukan co-sales yang melibatkan tiga pihak: pemasok, perusahaan, dan partner.
Tips ini tidak bersifat pasti. Hal yang terpenting adalah sesuaikan dengan keunikan bisnis anda dan partner anda. Jika anda atau partner anda telah memiliki value proposition yang unik yang terkait dengan sistem pelayanan pelanggan, maka anda harus mempertimbangkan mengelola jalur penjualan sendiri agar anda dapat menjaga performa customer relationship yang selama ini jadi identitas anda. Apple, melalui apple store-nya, sepertinya merupakan contoh yang baik untuk menegaskan hal ini.

Studi Kasus: Above The Line dan Below The Line di Alfamart

Alfamart berdiri pada tahun 1989 oleh keluarga Djoko Susanto. Perusahaan ini memulai bisnis sebagai perusahaan perdagangan dan distribusi barang konsumsi kemudian masuk ke industri ritel pada tahun 1999. Pada 2002, perusahaan ini memulai ekspansi di bidang ritel dengan mengakuisisi Alfa Minimart stores dan melakukan rebranding dengan nama "Alfamart". Alfamart merupakan salah satu pemimpin industri gerai ritel di Indonesia, melayani lebih dari 2,5 juta pembeli per hari, dan telah memiliki sekitar 7.000 gerai di seluruh Indonesia. Nilai yang ditawarkan Alfamart adalah harga yang terjangkau, stok barang sehari-hari yang lengkap, layanan yang ramah, bersih, dan lingkungan belanja yang nyaman serta mudah dijangkau. Alfamart kini menaungi lebih dari 70.000 pegawai dan salah satu perusahaan yang menyediakan lapangan kerja terbesar di Indonesia.

Melihat ukuran alfamart yang sebegitu besar, tentu dibutuhkan upaya publikasi yang tepat dan menjangkau target pembeli agar pengunjung gerai makin meningkat. Upaya marketing above the line apa saja yang telah dilakukan alfamart sejauh ini? Kali ini, saya akan memberi studi kasus terkait apa saja yang telah dilakukan alfamart untuk periklanan. Mana yang tergolong above the line, dan mana yang tergolong below the line. Sebelumnya, mari kita review dulu apa itu above the line dan apa itu below the line.

Menurut penjelasan above the line yang saya jelaskan di artikel sebelumnyaabove the line adalah bentuk pemasaran dan publikasi melalui media massa, atau media yang dapat dijangkau banyak orang. Ini berarti bukan hanya media seperti TV, majalah, radio, atau koran. Publikasi melalui media seperti billboard, baligho, dan iklan internet pun dapat termasuk above the line karena menjangkau banyak orang.

Selain itu, saya sudah jelaskan tentang below the line di artikel sebelumnya . Promosi ini berbentuk insentif secara langsung, baik berwujud materi atau non materi, kepada pembeli dengan target jangka pendek. Metode ini biasanya digunakan pada barang-barang berwujud dengan benefit yang dapat langsung dirasakan oleh pengguna, misalnya pakaian, tas, makanan, perabotan, dll. Below the line yang lazim dilakukan perusahaan biasanya berbentuk diskon, kupon, cash back, bonus, display toko, SPG, dll.

Alfamart Above The Line dan Below The Line

1. Program Sales Promotion

Program dilakukan alfamart untuk mengapresiasi bentuk loyalitas konsumen sekaligus mengajak masyarakat berbelanja di gerai Alfamart. Program ini dilakukan dengan inovatif dan menarik bagi konsumen. Pada tahun 2012, program ini terdiri dari 4 event utama yaitu "Kejutan Awal Tahun", "Senyum Keluarga Indonesia", "Bukti Kasih Untuk Anda", dan "Semarak Ulang Tahun Alfamart".

Program ini kemudian dilanjutkan dengan promosi utama "Hello Kitty Charm Collection". Selain itu ada juga program pelengkap lainnya seperti lomba menggambar dan mewarnai, modelling, demo masak, dan lainnya. Kemudian juga ada program-program promosi lain seperti exclusive fair, promo-promo tematik, dan promo potongan harga bekerja sama dengan pemasok.

Dari apa yang dilakukan alfamart yang dijelaskan diatas, kita dapat golongkan apa yang mereka lakukan untuk program sales promotion sebagai below the line. Program ini bersifat jangka pendek, berfokus pada target konsumen yang berada di sekitar alfamart, dan memberi benefit yang langsung berdampak.

2. Advertising dan Event


Alfamart mengincar brand activation kepada market. Upaya ini dilakukan agar merek alfamart mendapat kesan positif. Marketing ini dilakukan melalui interaksi lewat facebook fan page dengan akun Alfamart Sahabat Indonesia dan twitter dengan akun @alfamartku. Strategi ini cukup berdampak dan merek alfamart mendapat penghargaan Social Media Marketing Award di 2012. Alfamart juga turut mengadakan event lewat kegiatan bersepeda Gowes 13 Tahun Alfamart di 13 kota besar di Indonesia.

Berbeda dengan program sales promotion, program advertising dan event yang dilakukan Alfamart ini merupakan kombinasi above the line dan below the line. Social media yang awalnya tergolong below the line, karena jumlah pengikut yang sedikit dan masih bersifat personal, kini tergolong above the line. Jumlah pengikut yang bertambah banyak tentu menyulitkan untuk melakukan interaksi yang lebih personal. Meski begitu, akun ini akan sangat efisien untuk melakukan pemasaran seperti info promo Alfamart dengan mengeluarkan biaya nyaris gratis.

Program event kegiatan bersepeda juga menjadi bentuk marketing below the line dari alfamart yang juga berpotensi menjadi above the line jika kegiatan ini sukses menarik media untuk meliput.

3. Customer Loyalty Program


Customer loyalty program ini adalah bagian dari customer management integrated plan yang dilakukan oleh Alfamart. Program ini dapat diakses oleh pembeli yang menjadi pelanggan setia Alfamart dengan memiliki kartu keanggotaan Alfamart. Pemegang kartu alfamart diperkirakan telah mencapai 4 juta orang dimana 50% diantaranya merupakan anggota aktif. Pemilik kartu dapat menggunakan layanan khusus yang disediakan alfamart seperti "Arisan Member", kunjungan ke pabrik, Member gathering, kalender belanja member, point reward, point redemption, dan banyak lagi. Intinya, memiliki kartu ini akan membuat pelanggan mendapatkan berbagai promo dan diskon khusus dari Alfamart.

Program ini merupakan upaya below the line dari Alfamart. Mirip dengan program sales promotion, program ini bersifat jangka pendek. Dari gambaran upaya-upaya yang dilakukan alfamart, program ini hampir serupa dengan program sales promotion, bedanya ada di target yang diincar. Kalau program sales promotion mengincar semua, program customer loyalty lebih mengejar pelanggan loyal.


Jadi, dari hasil ini, kita dapat simpulkan bahwa Alfamart lebih fokus pada upaya below the line diibanding above the line. Fokus pemasaran alfamart lebih banyak ditujukan untuk meningkatkan penjualan, atau mengajak orang untuk membeli. Upaya untuk membangun merek, publikasi ke masyarakat luas, dan beriklan di media massa masih belum menjadi prioritas. Tindakan ini menurut saya tepat. Alfamart sebenarnya sudah memiliki kekuatan brand dengan gerai yang tersebar di berbagai lokasi. Mereka juga konsisten menjaga reputasi merek dengan menjaga pelayanan terbaik bagi para pembeli. Upaya above the line yang tidak tepat ujung-ujungnya bisa jadi sebuah pemborosan jika tidak dilakukan dengan tepat.

Bagaimana dengan usaha anda? Pilihlah jalur marketing yang tepat sesuai karakter bisnis dan kapabilitas anda. Publikasi tak harus selalu pasang iklan atau bombardir sosial media. Tak juga dengan penawaran dari pintu ke pintu atau sebar message ke semua teman. Pilih yang paling tepat, paling anda kuasai, serta sajikan secara menarik dan inovatif. Selamat memasarkan.