Thursday, February 27, 2014

Studi Kasus: Gross Profit Margin dan Hidden Value dari Gudang Garam

Pada bagian studi kasus ini, saya akan menggunakan Gudang Garam sebagai sampel perusahaan untuk menerapkan perhitungan Gross Profit Margin dan Hidden Value. Perhitungan Gross Profit Margin dan Hidden Value akan menggunakan data yang mengacu pada laporan tahunan yang diterbitkan PT. Gudang Garam. Saya juga akan melengkapi beberapa data dari internet, dan asumsi yang hanya berlaku untuk contoh ini (dan kasus tidak terdapat data yang mendukung terhadap variabel yang saya butuhkan).


Gross Profit Margin

Gross Profit Margin merupakan persentase keuntungan dari harga barang dikurangi biaya pembuatan atau pembelian barang. Perhitungan gross profit margin dilakukan untuk mengetahui tingkat keuntungan dari proses bisnis yang terjadi pada perusahaan. Pengurangan gross profit margin dengan biaya operasional beserta pajak, depresiasi, amortisasi, dan bunga pinjaman akan menghasilkan laba bersih.

Untuk menghitung gross profit margin, kita membutuhkan angka pendapatan dan harga pokok penjualan. Perhitungan dilakukan sebagaimana rumus berikut.
Dengan menggunakan rumus ini, mari kita menghitung gross profit dari Gudang Garam.

Tahun 2012
Gross Profit = Revenue - COGS = Rp.9,18 trilyun
Revenue = Rp. 49 trilyun
Gross Profit Margin = 18,73%

Tahun 2011
Gross Profit = Revenue - COGS = Rp.10,13 trilyun
Revenue = Rp. 41,9 trilyun
Gross Profit Margin = 24,18%

Tahun 2010
Gross Profit = Revenue - COGS = Rp.8,87 trilyun
Revenue = Rp. 35,78 trilyun
Gross Profit Margin = 24,79%

Penjelasan
Secara umum, rata-rata gross profit margin dari Gudang Garam selama 3 tahun adalah 22,57%. Jika melihat tren selama tiga tahun ini, gross profit margin dari Gudang Garam terus mengalami penurunan. Padahal perusahaan ini terus mengalami tren peningkatan revenue, ini berarti terus terjadi peningkatan harga pokok penjualan yang kemungkinan berasal dari bahan baku, packaging, distribusi, atau pemasaran.

Hidden Value

Hidden value merupakan nilai yang sebenarnya terdapat pada aset perusahaan yang tidak terlihat di neraca keuangan. Di artikel sebelumnya, saya telah menjelaskan metode perhitungan hidden value beserta langkah dan contoh penerapannya. Menggunakan metode tersebut, saya akan menganalisis hidden value yang mungkin terdapat pada Gudang Garam.

Untuk menghitung hidden value, data yang dibutuhkan adalah:
  • Durasi laporan keuangan: saya menggunakan 3 tahun.
  • Laba sebelum pajak
  • Aktiva berwujud
  • Rata-rata ROA industri rokok
  • Premium rate: untuk memudahkan, saya menggunakan asumsi tingkat suku bunga BI Rate

Metode perhitungan hidden value terdiri dari 7 langkah.

Langkah I
Hitung rata-rata 3 tahun untuk laba sebelum pajak (pretax earning).
Kasus Gudang Garam:
Tahun 2010: Rp.4,2 trilyun ; Tahun 2011: Rp.4,96 trilyun ; Tahun 2012: Rp. 4,07 trilyun
Rata-rata pretax earning: Rp. 4,41 trilyun

Langkah II
Cek laporan neraca (balance sheet) keuangan dan hitung rata-rata 3 tahun dari tangible assets atau aktiva berwujud.
Kasus Gudang Garam:
Tahun 2010: Rp.30,74 trilyun ; Tahun 2011: Rp.39,09 trilyun ; Tahun 2012: Rp. 41,5 trilyun
Rata-rata tangible assets: Rp. 37,11 trilyun

Langkah III
Hitung rata-rata return on assets (ROA) 3 tahun yang sedikit dimodifikasi, dengan membagi langkah I dengan langkah II.
Kasus Gudang Garam:
Tahun 2010: 13,71% ; Tahun 2011: 12,68% ; Tahun 2012: 9,8%
Rata-rata ROA selama 3 tahun: 12,06%

Langkah IV
Untuk jangka 3 tahun, hitung ROA seperti langkah III menurut rata-rata industri.
Kasus Gudang Garam:
Dari penelusuran yang saya dapat, rata-rata ROA industri rokok berada di angka 12,1%

Langkah V
Hitung kelebihan ROA dengan mengurangi angka di langkah I dengan hasil kali antara angka di langkah IV dan angka di langkah II.
Kasus Gudang Garam:
Rp.4,41 trilyun - (12,1% (langkah IV) x Rp.37,11 trilyun (langkah II))= Rp. -80 miliar.

Langkah VI
Hitung rata-rata pajak pendapatan 3 tahun dan kalikan dengan hasil di langkah V
Kasus Gudang Garam:
Anggap asumsi pajak rata-rata 25%, maka: Rp. -80 miliar - (30% x - Rp.80 miliar) = -Rp.56 miliar.

Langkah VII
Hitung NPV (net present value) menggunakan tingkat suku bunga Indonesia. Caranya adalah dengan membagi angka di langkah VI dengan tingkat suku bunga.
Kasus Gudang Garam:
Asumsi premium rate yang saya gunakan adalah rate suku bunga Indonesia yaitu 7,25%
Rp. -56 miliar / 7,25% = -Rp.772 miliar.

Dari hasil perhitungan ini, ternyata Gudang Garam justru menjadi contoh perusahaan yang memiliki nilai hidden value negatif. Hasil ini disebabkan tiga kemungkinan yaitu:
  1. Gudang Garam belum mampu mengoptimalkan aset untuk meraih laba.
  2. Terdapat aset-aset yang sudah tidak kompetitif dalam proses operasional perusahaan.
  3. Terjadi pemborosan aset di Gudang Garam.
Meskipun begitu, angka hidden value ini berada di kisaran 1,5% - 2,5% dari angka aktiva total Gudang Garam. Angka yang masih dapat ditoleransi, meskipun menjadi sinyal bagi investor yang mencari value perusahaan agar berhati-hati jika berinvestasi di Gudang Garam.

No comments:

Post a Comment