Sunday, February 23, 2014

Studi Kasus: Diversifikasi dan Exit Strategi dari Disdus.com (Part II)

Kali ini saya melanjutkan artikel sebelumnya tentang studi kasus disdus.com. Di artikel sebelumnya, saya telah menganalisis diversifikasi dari perusahaan internet daily deals ini. Kini kita akan masuk ke bagian exit strategy. Dari penjelasan sebelumnya tentang exit strategy, ini adalah sebuah istilah untuk rencana perusahaan melepas investasi untuk membuat laba, atau mendorong pemilik bisnis mengurangi dan bahkan menghilangkan kepemilikan.

Dari penjelasan ini, exit strategy yang dilakukan disdus.com berarti keputusan yang mereka ambil untuk membuat perusahaan menghasilkan laba atau keluar dari bisnis yang sedang dijalankan. Saya yakin sebelum memulai bisnis, pendiri bisnis ini telah mengalokasikan investasi, entah dalam bentuk modal atau aset lainnya. Namun exit strategy disini bukanlah hal seperti itu. Exit strategy yang dimaksud merupakan keputusan yang dipilih oleh pemilik bisnis untuk mendapatkan dana atau keluar dari disdus.com.

Exit Strategy

Disdus.com adalah situs Indonesia yang bergerak di bidang daily deals. Perusahaan ini telah berdiri sejak Agustus 2010 dan telah bekerja sama dengan sejumlah brand terkemuka di Indonesia. Perkembangan disdus berpusat pada daerah Jakarta dan Bandung, kemudian semakin meluas di kota-kota besar lainnya di Indonesia. Disdus awalnya didanai oleh East Venture, sebuah perusahaan investasi patungan dari berbagai investor di Asia.

Perkembangan disdus di Indonesia ternyata menarik minat situs daily deals terbesar di dunia, Groupon, untuk mengakuisisi perusahaan ini. Dan di tahun 2011, Groupon resmi mengakuisisi disdus karena melihat perannya sebagai pemimpin pasar di Indonesia dalam jenis bisnis pembelian kolektif ini.

Lalu exit strategy apa yang dilakukan Disdus?
Akuisisi

Sebenarnya exit strategy apa yang bisa dilakukan Disdus?
Dari penjelasan exit strategy sebelumnya, ada lima pilihan exit strategy yang lazim saya temui yaitu: "Mencoba bertahan", likuidasi, menyerahkan bisnis, akuisisi, dan Initial Public Offering (IPO). Setiap pilihan memiliki keuntungan dan kerugian. Saya akan menganalisis setiap pilihan exit strategy dari alternatif strategi yang ada.

Disdus tidak bisa melakukan likuidasi. Perusahaan yang baru berdiri ini sedang mengalami pertumbuhan menuju penguasa pasar daily deals Indonesia. Likuidasi disdus bukanlah hal yang tepat, apalagi melihat potensi daily deals yang sangat menjanjikan dengan pasar yang terus bertumbuh. Disdus bisa saja menyerahkan bisnis ke pihak yang tepat, tapi para pendirinya baru sekitar 1 tahun-an menjalankan bisnis. Rasanya aneh, jika tanpa kejadian mendesak, pemilik bisnis menyerahkan bisnis yang baru didirikannya yang sedang mengalami peningkatan.

Disdus bisa memilih "mencoba bertahan", akuisisi, dan IPO. Di tahun itu, IPO bukanlah pilihan yang tepat. Disdus belum memenuhi persyaratan dari BEI dimana baru beroperasi kurang dari satu tahun. Perusahaan ini baru berdiri medio Agustus 2010 dan diakuisisi pada April 2011. Ada lagi persyaratan lainnya yang bisa dicek pada situs BEI.

Pilihan yang tersisa adalah "mencoba bertahan" dan akuisisi. Saya pikir keduanya merupakan pilihan yang sejalan. Kalau tidak ada yang mengakuisisi, ya lanjutkan saja. Dengan adanya tawaran akuisisi dari Groupon, sebuah perusahaan ternama yang menjadi pemimpin pasar, saya rasa keputusan akuisisi adalah salah satu pilihan terbaik. Belum ada informasi lengkap tentang berapa nilai akuisisi dari perusahaan ini, tapi saya yakin sangat menjanjikan hingga membuat para pemilik bisnis dan investor rela melepas saham mereka. East Venture, investor awal dari Disdus, bahkan memutuskan keluar dari perusahaan ini. Meskipun belum diketahui apakah ini karena dana return yang diperoleh menjanjikan, melihat prospek yang lebih menjanjikan di bisnis lainnya, atau kemungkinan lainnya (misalnya syarat dari akuisisi, atau menghindari konflik kepentingan).

Jika anda berpikir untuk memilih akuisisi sebagai jalan keluar dari bisnis yang anda bangun, disdus.com merupakan sampel yang tepat untuk dipelajari. Selamat membangun bisnis.

No comments:

Post a Comment